Masyarakat di kawasan hulu Kotim waswas banjir susulan

id Masyarakat di kawasan hulu Kotim waswas banjir susulan,Kotim,Kotawaringin Timur,Sampit,Banjir

Masyarakat di kawasan hulu Kotim waswas banjir susulan

Camat Tualan Hulu Rusmanto menerobos banjir yang merendam jalan di Desa Tumbang Mujam, Jumat (14/6/2019). (Foto Istimewa)

Sampit (ANTARA) - Masyarakat di kawasan hulu Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, seperti di Kecamatan Tualan Hulu, waswas banjir susulan akan melanda permukiman mereka karena curah hujan masih tinggi.

"Keadaan air di Tualan Hulu naik lagi hari ini mulai pukul 10.00 WIB akibat hujan pada hari sebelumnya," kata Camat Tualan Hulu Rusmanto dihubungi dari Sampit, Jumat.

Tingginya curah hujan membuat Sungai Tualan Hulu meluap. Akibatnya, banjir kembali merendam permukiman di bantaran sungai dan dataran rendah.

Hingga Jumat sore, aktivitas mulai terganggu lantaran jalan desa terendam banjir, meski air belum sampai merendam rumah warga. Warga juga waspada karena khawatir banjir tiba-tiba naik tinggi dan merendam rumah mereka.

Kekhawatiran itu tidak berlebihan. Minggu (9/6) lalu, empat desa yang terendam banjir yaitu Desa Sebungsu, Tumbang Mujam, Mirah dan Luwuk Sampun dengan rumah terendam sekitar 129 buah.

Banjir sempat surut, namun kini masyarakat dibuat cemas karena sungai kembali meluap dan banjir mulai merendam jalan desa. Masyarakat berharap curah hujan berkurang sehingga banjir tidak lagi terjadi.

Selain di Kecamatan Tualan Hulu, banjir juga merendam Desa Barunang Miri Kecamatan Parenggean dan Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit. Meski berangsur surut namun masyarakat juga tetap waswas terjadi banjir susulan karena curah hujan masih tinggi.

Banjir di Desa Ujung Pandaran melanda perumahan yang merupakan relokasi korban abrasi pantai Pantai Ujung Pandaran. Ada 40 rumah yang sempat terendam.

"Banjir terjadi akibat drainase tidak lancar sehingga air meluber merendam permukiman saat hujan deras cukup lama," kata Kepala Desa Ujung Pandaran Aswin Nor.

Permukiman yang terendam berada cukup jauh dari Pantai Ujung Pandaran. Penghuni permukiman ini merupakan keluarga nelayan yang sebelumnya tinggal di Pantai Ujung Pandaran, kemudian direlokasi ke permukiman baru lantaran rumah-rumah mereka di pantai terpaksa dibongkar akibat abrasi menggerus tanah pondasi rumah.

Sejak 2017, secara bertahap warga pindah dan menempati rumah-rumah permanen berupa rumah beton tipe 36 tersebut. Pemerintah pusat membangun 88 unit rumah di lokasi relokasi itu untuk keluarga nelayan korban abrasi.

Banjir membuat warga harus menyelamatkan barang berharga agar tidak rusak akibat terendam. Warga juga membersihkan sekitar rumah mereka agar tidak ada sampah yang menghambat arus air.

"Ini merupakan yang pertama kalinya banjir melanda perumahan di lokasi relokasi korban abrasi ini. Alhamdulillah hari ini sudah aman (surut)," demikian Aswin.