Lebak (ANTARA) - Pengamat pendidikan dari Kabupaten Lebak Abdus Subhan Jayani mengatakan mental spritual perlu diperkuat melalui penguatan pendidikan karakter dan keagamaan untuk mencegah perilaku seks bebas di lingkungan pelajar.
"Kita merasa prihatin kasus siswa/siswi SMK di Bulukumba,Sulawesi Selatan yang ramai diviralkan dan video terjadi seks bebas, seperti hubungan suami isteri," kata Dosen STKIP Setiabudhi Rangkasbitung saat dihubungi di Lebak, Sabtu.
Permasalahan pelajar di Bulukumba itu tentu menjadikan keprihatinan bagi dunia pendidikan di Tanah Air.
Namun kejadian tersebut bisa dilihat dari konteks internal dan eksternal yang bisa memicu pelajar melakukan perbuatan yang dilarang agama dan normal sosial itu.
Dalam internal kemungkinan bisa saja komunikasi hubungan siswa dengan orangtua kurang berjalan baik.
Semestinya, kata dia, peran orang tua dapat membangun komunikasi dengan keluarga agar anaknya tidak membuat perilaku menyimpang.
Sedangkan, dilihat eksternal juga bisa dipicu oleh berkembangnya jaringan teknologi melalui media sosial, Facebook, Istagram dan Youtube.
Penyebaran jaringan teknologi itu sangat berpengaruh besar, karena mudah mendapatkan akses situs pornografi, sehingga mengundang rangsangan untuk melakukan perbuatan hubungan biologis, ujarnya.
Menurut dia, untuk mencegah perbuatan seks menyimpang di kalangan pelajar itu perlu diperkuat mental spritual melalui pendidikan karakter dan keagamaan.
Disamping itu juga berbagai elemen masyarakat, dunia pendidikan formal, pondok pesantren terlibat untuk membenahi pendidikan.
Pendidikan itu hasil rekayasa kebudayaan, sehingga dapat menentukan hal yang positif maupun sebaliknya.
Kurikulum abad 21 dinilai cukup baik dengan mengedepankan penguatan karakter, penguatan literasi dan pembelajaran abad 21.
Bahkan, Presiden Joko Widodo mempelopori membangun karakter harus diawali dengan revolusi mental.
Sebab, lemahnya mental karakter itu tentu akan berdampak terhadap dunia pendidikan.
"Kami yakin jika mental spritual dan keagamaan dibangun maka tidak mungkin pelajar Bulukumba melakukan hubungan seks seperti suami isteri itu," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, pemerintah daerah harus serius menyikapi permasalahan pelajar di Bulukumba agar tidak terjadi di Kabupaten Lebak khususnya dan umumnya di Provinsi Banten.
Selama ini, pihaknya mengapresiasi pendidikan di Kabupaten Lebak begitu kuatnya penguatan karakter melalui pendidikan formal, namun dipadukan dengan pendidikan ponpes.
Kehadiran ponpes berbasis salafi maupun modern bisa memberikan pencerahan ke pendidikan formal untuk mencegah perbuatan yang menyimpang.
"Kami berharap mental spritual itu dijadikan penguatan karakter sehingga pelajar jauh dari perbuatan seks bebas," katanya.
Berita Terkait
Dua warga binaan Lapas Sampit terima program bebas bersyarat
Selasa, 26 Maret 2024 5:23 Wib
Batik Air bebas tugaskan pilot tertidur saat penerbangan
Sabtu, 9 Maret 2024 22:28 Wib
Pemkab Katingan terima penghargaan bebas frambusia dari Kemenkes
Kamis, 7 Maret 2024 6:37 Wib
Pemkab Kapuas terima penghargaan bebas frambusia dari Kemenkes
Kamis, 7 Maret 2024 0:01 Wib
Pulang Pisau terima sertifikat bebas penyakit frambusia dari Kemenkes
Rabu, 6 Maret 2024 20:10 Wib
Pj Bupati Barito Timur terima sertifikat bebas frambusia dari Kemenkes RI
Rabu, 6 Maret 2024 17:38 Wib
Legislator Gumas minta edukasi masalah pasung digencarkan
Rabu, 6 Maret 2024 17:12 Wib
Kemenkes beri penghargaan Kotim bebas frambusia
Rabu, 6 Maret 2024 16:42 Wib