Halal bihalal menjadi sarana pemersatu bangsa, kata Gubernur Kalteng

id Pemerintah provinsi kalimantan tengah, pemprov kalteng, gubernur sugianto sabran, halal bihalal, palangka raya, majelis ulama indonesia, dewan adat da

Halal bihalal menjadi sarana pemersatu bangsa, kata Gubernur Kalteng

Gubernur Kalteng Sugianto Sabran saat kegiatan halal bihalal di Betang Hapakat, Palangka Raya, Minggu, (16/6/2019). (Foto Diskominfo Kalteng)

Palangka Raya (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran menyebut, tradisi halal bihalal yang ada di Indonesia, menjadi sarana tepat untuk menyatukan semua pihak diantara berbagai perbedaan.

"Halal bihalal menjadi sarana untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan sesama, baik pemerintah, masyarakat serta pihak lainnya," katanya di Palangka Raya, Minggu.

Hal itu ia ungkapkan pada kegiatan halal bihalal bersama Pemprov Kalteng, Kantor Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Adat Dayak (DAD) serta ormas Islam se-Kalteng di Betang Hapakat Kota Palangka Raya.

Halal bihalal diartikan sebagai tradisi silaturahmi untuk saling memaafkan, serta berbagi cerita kepada sesama. Kebiasaan ini umumnya dilaksanakan usai Hari Raya Idul Fitri dan hanya ada di Indonesia.

Kegiatan itu juga dinilai tepat sebagai pendingin suasana, khususnya usai pelaksanaan pemilu serentak 2019. Warga Kalteng diminta berpartisipasi, menjaga keamanan serta kenyamanan lingkungan sekitarnya.

"Tak perlu saling debat dan bermusuhan hanya karena beda pandangan politik. Perbedaan itu merupakan hal yang wajar ditemui, sebab merupakan perwujudan dari sebuah demokrasi," tuturnya di sela kegiatan tersebut.

Sugianto mengimbau kepada semua pihak, untuk menyatukan langkah dan saling bahu-membahu membangun Kalteng dan menjadikannya sebagai daerah yang lebih baik. Ia ingin bersama-sama bisa mewujudkan Kalteng Berkah, yakni bermartabat, elok, religius, kuat, amanah dan harmonis.

Tanpa adanya kerja sama antara satu dan lainnya, tentu keinginan tersebut akan sulit untuk diwujudkan. Untuk itu semua pihak juga diminta tidak mudah terpancing isu negatif, terlebih jika kebenarannya belum bisa dipastikan atau hoaks.

"Kita harus selektif dalam menerima setiap informasi. Sebab bisa saja informasi itu ternyata salah dan sengaja dibuat oknum tidak bertanggung jawab, untuk merusak kerukunan umat yang sudah terpelihara dengan baik saat ini," ungkap Sugianto.