Masyarakat pesisir Kotim mulai kesulitan air bersih

id Masyarakat pesisir Kotim mulai kesulitan air bersih,Kotawaringin Timur,Kotim,Sampit,Ujung Pandaran

Masyarakat pesisir Kotim mulai kesulitan air bersih

Perkampungan nelayan di Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit. Kekeringan membuat warga desa ini mulai kesulitan mendapatkan air bersih. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (ANTARA) - Makin jarangnya hujan turun membuat masyarakat di kawasan selatan atau pesisir Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan  Tengah mulai kesulitan mendapatkan air bersih.

"Saat ini warga memanfaatkan stok air hujan yang disimpan di penampungan. Kalau itu habis, warga harus mencari air bersih di desa lain atau membeli dari penjual air PDAM," kata Camat Teluk Sampit Juliansyah di Sampit, Selasa.

Juliansyah menyebutkan, saat ini kekeringan mulai melanda enam desa di kecamatan itu yakni Desa Parebok, Basawang, Regei Lestari, Kuin Permai, Lempuyang  dan Ujung Pandaran. 

Desa-desa itu sangat dekat dengan muara laut, bahkan Desa Ujung Pandaran langsung menghadap Laut Jawa. Kondisi seperti ini memang sering terjadi ketika kemarau terjadi.

Sumber air seperti sumur dan danau makin kering dan keruh, sementara sungai maupun sumber air lain yang tersisa mulai berasa asin akibat intrusi air laut yang masuk ke alur Sungai Mentaya.

Kondisi yang cukup parah terjadi di Desa Regei Lestari karena masyarakat setempat benar-benar kesulitan mendapatkan air bersih. Jika hingga beberapa hari ke depan hujan belum juga turun, Juliansyah khawatir warga kehabisan stok air bersih sehingga kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Juliansyah berharap kondisi ini menjadi perhatian pemerintah kabupaten dengan mengirimkan bantuan air bersih menggunakan mobil tangki. 

Pasokan air bersih sangat berkaitan dengan kesehatan masyarakat karena penyakit diare, disentri dan lainnya rawan menyerang jika air yang dikonsumsi masyarakat terkontaminasi bibit penyakit.

"Kami segera mengirim surat kepada pemerintah kabupaten untuk meminta bantuan air bersih agar dikirim ke desa-desa yang dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih. Kami berharap ini segera direspons," harap Juliansyah.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan mengatakan, Kotawaringin Timur saat ini masuk kategori zona merah, khususnya ancaman kebakaran hutan dan lahan. Kondisi ini juga tentu terkait potensi kekeringan.

"Dari peta HTH (hari tanpa hujan) di Kotawaringin Timur rata-rata tidak terjadi hujan lebih dari tujuh hari. Potensi hujan tetap ada meski intensitasnya ringan," demikian Nur Setiawan.