Produksi manufaktur Kalteng selama triwulan II-2019 naik 4,04 persen

id kalimantan tengah,kalteng,bps kalteng,produksi industri manufaktur kalteng,manufaktur kalteng,kepala bps kalteng,yomin tofri

Produksi manufaktur Kalteng selama triwulan II-2019 naik 4,04 persen

Kepala BPS Kalteng Yomin Tofri (kiri) memberikan penjelasan perkembangan sektor industri manufaktur Kalteng selama triwulan II tahun 2019 di Palangka Raya, Kamis (3/8/2019). (Foto BPS Kalteng)

Pertumbuhan industri manufaktur ini perlu diperhatikan karena penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian Kalteng...
Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah Yomin Tofri menyebut, pertumbuhan sektor produksi industri manufaktur besar dan sedang atau IBS di provinsi ini pada triwulan II tahun 2019, mengalami kenaikan sebesar 4,04 persen dibandingkan triwulan I tahun yang sama.

Pertumbuhan sektor manufaktur ini sangat penting bagi Kalteng karena menjadi penyumbang terbesar kedua perekonomian setelah pertanian, dengan sumbangan mencapai 14,42 persen dari total produk domestik regional bruto, kata Yomin di Palangka Raya, Sabtu.

"Jadi, kenaikan 4,04 persen sektor industri manufaktur Kalteng selama triwulan II tahun 2019 itu patut diapresiasi," tambahnya.

Berdasarkan data BPS, terjadinya kenaikan sektor Industri Manufaktur itu karena dua dari tiga pendukungnya mengalami peningkatan. Di mana produksi industri makanan sekitar 4,04 persen, industri karet serta barang dari karet dan plastik 7,15 persen, dan hanya produksi industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya turun 29,08 persen.

Yomin mengatakan komoditas utama industri makanan adalah crude palm oil (CPO) yang produksinya meningkat sejalan dengan produksi tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit. Sementara kenaikan produksi industri karet, barang dari karet dan plastik karena membaiknya harga karet di pasaran.

"Kalau turunnya produksi industri kayu, barang dari kayu dan gabus, dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya karena ketersediaan bahan baku yang belum siap diolah lebih lanjut. Beberapa perusahaan juga membatasi produksi karena belum banyak pesanan untuk ekspor," ucapnya.

Baca juga: Penduduk miskin Kalteng terendah kelima di Indonesia

Meski mengalami kenaikan di triwulan II tahun 2019 terhadap triwulan I tahun 2019, namun pertumbuhan sektor produksi manufaktur Kalteng turun 5,57 persen dibandingkan triwulan II tahun 2018 (y on y). Hal itu disebabkan ketiga jenis pendukung mengalami pengurunan produksi terhadap triwulan II tahun 2018.

Di mana pertumbuhan y-on-y industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya mengalami penurunan sebesar 58,20 persen, industri makanan 3,62 persen, dan industri karet, barang dari karet dan plastik 22,84 persen.

"Pertumbuhan industri manufaktur ini perlu diperhatikan karena penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian Kalteng. Jadi, pertumbuhannya harus diupayakan secara konsisten agar perekonomian Kalteng terus mengalami peningkatan," demikian Yomin.

Baca juga: Ekspor dan impor Kalteng selama Mei 2019 alami penurunan, kata BPS

Baca juga: Komponen inti dan harga bergejolak bersinergi picu inflasi di Kalteng