Begini cara generasi milenial Kotim lestarikan Bahasa Sampit

id Begini cara generasi milenial Kotim lestarikan Bahasa Sampit,Bahasa Sampit,DPRD Kotim,Kotawaringin Timur

Begini cara generasi milenial Kotim lestarikan Bahasa Sampit

Sejumlah peserta dan narasumber berfoto bersama usai peluncuran dua buku dan seminar Bahasa Sampit, Jumat (16/8/2019). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (ANTARA) - Gerakan membanggakan dilakukan generasi muda di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah untuk melestarikan Bahasa Sampit, di antaranya membuat buku, melakukan penelitian dan menggelar seminar.

"Ini upaya kami generasi muda melestarikan Bahasa Sampit yang hampir punah. Dalam kaitannya dengan kemerdekaan, ini juga merupakan wujud kecintaan bahwa kita merdeka dalam melestarikan budaya Indonesia, khususnya Bahasa Sampit," kata Sandy Ramadhan, salah satu penulis buku Bahasa Sampit, Kamis.

Salah satu bukti konkret generasi muda, akademisi dan para tokoh peduli Bahasa Sampit adalah dengan menerbitkan dua buku berjudul 'Kata Milenial Tentang Bahasa Sampit' dan 'Bakesah :Uluh Tabela Manokep Bahasa Sampit dan seminar ilmiah hasil penelitian Bahasa Sampit.

Untuk menghasilkan karya itu, dilakukan penelitian selama tiga bulan dan dilanjutkan penyusunan buku selama dua bulan. Penyusunan buku melibatkan 22 penulis, sedangkan penyusunan hasil penelitian dilakukan oleh empat orang.

Uniknya, penulis tidak hanya warga Kotawaringin Timur, tetapi juga ada yang dari luar daerah seperti Banjarmasin, Malang dan Jakarta. Mereka adalah orang-orang yang peduli Bahasa Sampit dan sebagian pernah tinggal di Sampit, kemudian pindah tugas ke daerah lain.

Peluncuran buku dan seminar Bahasa Sampit menghadirkan empat narasumber, yaitu Ketua Lembaga Masyarakat Dayak Daerah Kalimantan Tengah (LMDDKT) Kabupaten Kotawaringin Timur H Burhanudin, anggota DPRD Kotawaringin Timur Dadang H Syamsu, akademisi Fatimah Setiani dan tokoh perempuan pegiat Bahasa Sampit Rusnilawati.
Puluhan peserta yang hadir tampak antusias saat diskusi dengan narasumber. Mereka mendukung dan siap membantu upaya-upaya pelestarian Bahasa Sampit.

"Harapan kami, hasil penelitian dan buku itu menjadi rekomendasi kepada pemerintah dalam membuat kebijakan untuk melestarikan Bahasa Sampit, misalnya memasukkannya dalam pelajaran di sekolah," kata Sandy.

Anggota DPRD Kotawaringin Timur yang juga pegiat Bahasa Sampit Dadang H Syamsu mengaku bangga dengan upaya generasi milenial daerah ini melestarikan Bahasa Sampit. Dia berharap upaya-upaya itu dilakukan berkelanjutan sehingga makin banyak masyarakat yang kembali menggunakan Bahasa Sampit sebagai bahasa sehari-hari.

"Di era sekarang ini, generasi milenial bisa lebih leluasa dalam melestarikan Bahasa Sampit dengan memanfaatkan teknologi dan mengembangkan komunitas. Yang terpenting, generasi muda sendiri harus mulai menggunakan Bahasa Sampit untuk percakapan sehari-hari," kata Dadang.

Tokoh perempuan dan pegiat Bahasa Sampit Rusnilawati mengimbau generasi muda tersebut tidak malu berbahasa Sampit. Generasi muda jangan takut dan jangan malu salah dalam berbahasa Sampit.

"Saya prihatin karena banyak generasi muda yang banyak yang tidak bisa Bahasa Sampit. Ayo gunakan Bahasa Sampit, apalagi sekarang sudah ada kamusnya. Perkenalkan Bahasa Sampit secara luas supaya Sampit jangan hanya dikenal karena kerusuhan," kata Rusnilawati.

Ketua LMDDKT Kotawaringin Timur H Burhanudin atau akrab disapa Anjang Ibuy mengaku bangga atas kepedulian generasi muda untuk turut membantu melestarikan Bahasa Sampit.

"Mari kita tumbuh kembangkan bangga berbahasa Sampit. Jangan sampai punah. Bahasa menjadi gambaran masyarakat Sampit yang cinta damai, bersahabat dan terbuka," kata Anjang Ibuy.

Sementara itu, akademisi Fatimah Setiani menilai terobosan yang dilakukan dalam pelestarian Bahasa Sampit harus didukung semua pihak. Dia meminta masyarakat juga mendukung dengan kembali menggunakan Bahasa Sampit sebagai bahasa sehari-hari.

"Secara metodologi, dua buku ini bisa dipertanggungjawabkan. Semoga selanjutnya lebih baik lagi. Bagi generasi muda, ayo viralkan bahasa Sampit menjadi bahasa milenial," demikian Fatimah.