Kecepatan kapal diduga picu erosi bantaran Sungai Mentaya

id Kecepatan kapal diduga picu erosi bantaran Sungai Mentaya,Sungai Mentaya,Alur,Kotawaringin Timur,Kotim,Sampit

Kecepatan kapal diduga picu erosi bantaran Sungai Mentaya

Dermaga salah satu desa di Kecamatan Pulau Hanaut. (ANTARA/Norjani)

Sampit (ANTARA) - Camat Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah H Eddy Mashami meminta kapal barang dan penumpang yang melintas di Sungai Mentaya untuk mengurangi kecepatan karena gelombang diduga memicu erosi di bantaran sungai.

"Mungkin akibat gelombang, jalan asal di pinggir sungai kini hilang karena tanahnya tergerus. Bahkan banyak warga terpaksa pindah ke darat. Ada bukti bekas permukiman warga. Tanah menjadi rumbih atau longsor dan sungai menjadi dangkal," kata Eddy di Sampit, Kamis.

Informasi itu disampaikan Eddy saat pertemuan membahas rencana studi kelayakan normalisasi alur Sungai Mentaya di lantai dua kantor Bupati Kotawaringin Timur. Pertemuan yang dipimpin Wakil. Bupati HM Taufiq Mukri dihadiri pejabat dari Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Perhubungan Kotawaringin Timur serta pengusaha bidang kepelabuhanan dan jasa.

Menurut Eddy, sering kapal melintas di perairan dekat permukiman dengan kecepatan tinggi. Akibatnya gelombang sungai yang ditimbulkan cukup rawan memicu kecelakaan bagi kapal kecil serta diduga memicu erosi di bantaran sungai.

Saat ini ada 12 kelotok milik warga yang melayani penyeberangan dan hilir mudik warga di kecamatan yang masih terisolasi jalan darat dari pusat kota itu. Keberadaan jasa angkutan penumpang menggunakan kapal tradisional berukuran kecil itu diharapkan menjadi perhatian kapal-kapal besar saat melintas agar tidak terjadi kecelakaan.

Eddy mengaku mengalami sendiri ketika menaiki kapal kecil, lalu tiba-tiba melintas sebuah kapal besar dengan kecepatan tinggi. Kapal yang ditumpanginya diterpa gelombang akibat kecepatan kapal besar tersebut.
Untuk mengatasi bantaran sungai yang terkena erosi, pemerintah kecamatan membuat siring dari kayu ulin, namun jumlahnya terbatas sesuai dengan kemampuan anggaran yang dimiliki saat ini.

"Kami membuat siring sepanjang 100 meter dan alhamdulillah baru selesai, tapi kan tidak mungkin kami membuat siring di sepanjang pinggir sungai itu karena biayanya pasti sangat besar. Mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah kabupaten maupun pihak lain pengguna alur Sungai Mentaya," harap Eddy.

Baca juga: Pengusaha berinisiatif studi kelayakan normalisasi alur Sungai Mentaya

Sementara itu terkait adanya keluhan nakhoda kapal tentang jaring ikan nelayan yang dinilai mengganggu lalu lintas kapal, Eddy tidak menampiknya. Dia berjanji akan mengimbau warganya untuk lebih berhati-hati dalam memasang jaring agar tidak mengganggu lalu lintas kapal.

"Mohon maaf atas ketidaktahuan warga kami. Kami meminta supaya diberi tanda, di mana saja yang tidak boleh ada jaring karena menjadi lintasan kapal sehingga warga kami juga bisa menghindarinya. Yakin saja, itu karena ketidaktahuan. Warga kami juga tidak ingin jaring mereka rusak terkena kapal," demikian Eddy.

Kepala Dinas Perhubungan Kotawaringin Timur H Fadlian Noor mengatakan pentingnya pertemuan melibatkan banyak pihak. Tujuannya supaya muncul kesamaan pandangan sehingga semua berjalan dengan baik.

"Seperti ini, nanti supaya warga bisa nyaman mencari ikan dan kapal melintas juga tidak terganggu. Kami juga mengimbau kapal untuk mengurangi kecepatan ketika sudah memasuki perairan permukiman warga agar tidak menimbulkan dampak yang tidak kita inginkan," demikian Fadlian.