Kasus diare di Kotim meningkat tajam

id Kasus diare di Kotim meningkat tajam,Diare,Asap,Dinas Kesehatan,Kotawaringin Timur,Kotim,Sampit,Muntaber

Kasus diare di Kotim meningkat tajam

Camat Parenggean Siyono (pakaian hitam) bersama petugas kesehatan mengunjungi 10 warga Dusun Padas Desa Bejarau yang terserang muntaber, Jumat (30/8/2019) lalu. ANTARA/HO-Camat Parenggean

Sampit (ANTARA) - Masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah diminta menjaga kesehatan dan kebersihan konsumsi makanan agar tidak terserang penyakit diare yang meningkat tajam selama musim kemarau ini.

"Saat kemarau dan asap seperti sekarang ini, ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) dan diare biasanya meningkat. Tapi yang lebih kita waspadai adalah diare karena penyakit ini bisa menyebabkan kematian," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur dr H Faisal Novendra Cahyanto di Sampit, Jumat.

Faisal mengatakan, selama September ini ISPA dan diare mengalami peningkatan signifikan setelah asap meningkat pada dua pekan terakhir. Ini juga harus menjadi perhatian masyarakat karena kasus diare dikhawatirkan terus meningkat jika tidak diwaspadai.

Selama 2019, jumlah kasus diare di Kotawaringin Timur pada Januari sebanyak 221 kasus, Februari 210 kasus, Maret 209 kasus, April 211 kasus, Mei 258 kasus, Juni 225 kasus, Juli 400 kasus dan Agustus 1.050 kasus.
Data tersebut merupakan laporan dari 21 puskesmas yang tersebar di 17 kecamatan.

Data itu menunjukkan kasus diare melonjak tajam sejak Juli lalu atau saat kemarau dan kebakaran lahan makin parah melanda daerah ini.

Kasus diare cukup tinggi tersebar di kawasan selatan karena sumber air makin kering, sementara sungai berasa asin akibat intrusi air laut. Surutnya sungai menyebabkan konsentrasi bakteri escherichia coli penyebab diare, meningkat.

Sungai menjadi asin karena volume berkurang atau air surut sehingga air laut masuk ke alur sungai. Faisal menyebut, risiko tinggi diare pada sungai yang berasa asin, bukan disebabkan oleh rasa asin tersebut, tetapi karena bakteri escherichia coli meningkat.

Baca juga: 10 warga Kotim terserang muntaber diduga imbas kekeringan

"Rasa asin bisa menjadi peringatan bahwa persediaan air tawar mulai berkurang. Air asin kalau dimasak dengan benar, tidak masalah. Tapi kami sarankan tetap gunakan air yang layak. Bisa dilakukan proses saring. Air apapun harus dimasak dengan benar sehingga layak dikonsumsi," jelas Faisal.

Sementara itu di kawasan Utara tidak ada asap kebakaran lahan, tapi debu cukup tinggi. Kondisi itu juga berpotensi meningkatkan kasus diare, apalagi saat ini sungai mulai surut sehingga konsentrasi bakteri escherichia coli meningkat.

Faisal mengimbau masyarakat menjaga stamina dengan mengonsumsi air, buah dan sayuran yang cukup. Pola hidup sehat harus dijalankan, seperti membersihkan lingkungan, memastikan konsumsi air yang layak, mencuci tangan setelah beraktivitas dan menutup makanan agar tidak terkontaminasi bibit penyakit.