Alumni STIE Sampit dibekali kemampuan hadapi tantangan imbas kemajuan teknologi

id Alumni STIE Sampit dibekali kemampuan hadapi tantangan imbas kemajuan teknologi,Kotim,Kotawaringin Timur,Sampit,Sarjana,Mahasiswa

Alumni STIE Sampit dibekali kemampuan hadapi tantangan imbas kemajuan teknologi

STIE Sampit menggelar wisuda XXII dengan jumlah sarjana sebanyak 60 orang, Rabu (30/20/2019). ANTARA/Norjani

Sampit (ANTARA) - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur terus berupaya menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dengan harapan alumni mereka sudah memiliki kemampuan yang matang menghadapi tantangan di dunia kerja, khususnya terkait imbas kemajuan teknologi.

"Untuk menghadapi tantangan zaman, lulusan perguruan tinggi swasta harus memiliki pengetahuan yang tinggi maupun keterampilan berupa keahlian khusus sesuai bidang keilmuan serta kemampuan komunikasi adaptasi atau fleksibilitas, kerjasama tim, tingkat kepekaan, motivasi, etika serta inovasi dan kreativitas yang memadai," kata Ketua STIE Sampit, HM Thamrin Noor saat wisuda XXII di Gedung Serbaguna Sampit, Rabu.

STIE Sampit kembali menggelar wisuda Sarjana Strata Satu Program Studi Manajemen. Kali ini wisuda diikuti 60 peserta dengan tiga lulusan terbaik diraih Guna Gesiana dengan IPK 3,90, Rahman Hakim dengan IPK 3,81 dan Barniah dengan IPK 3,79.

Dalam pidatonya Thamrin mengatakan, tantangan saat ini sangat jauh berbeda dibanding lima atau sepuluh tahun lalu. Kemajuan teknologi juga membawa imbas lain, khususnya dalam peluang kerja karena banyak jenis pekerjaan yang mulai tergerus karena digantikan teknologi, namun ada pula muncul beberapa jenis pekerjaan baru.

Banyak jenis pekerjaan yang akan hilang karena digantikan teknologi canggih. Kini sudah banyak pekerjaan yang digantikan hanya menggunakan telepon pintar, bahkan akuntan juga akan berkurang jumlahnya karena digantikan sistem layanan data terintegrasi dengan teknologi.

Untuk itu STIE Sampit berusaha terus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Metode pembelajaran pun juga harus mempertimbangkan kebutuhan di lapangan. Harapannya agar sarjana yang dihasilkan mampu bersaing dan memiliki kemampuan sesuai kebutuhan pasar kerja, bahkan menciptakan sendiri lapangan kerja bagi dirinya dan orang lain.

Menurut Thamrin, menghadapi era saat ini, sudah seharusnya mengganti literasi lama yang hanya mengandalkan baca tulis dan matematika dengan literasi baru yaitu literasi data, teknologi dan kemanusiaan.

Dosen dan tenaga kependidikan juga harus meningkatkan kualitasnya, terutama pada keterampilan kepemimpinan dan kerjasama tim kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global serta mempunyai kemampuan kewirausahaan, termasuk penguasaan sosial kewirausahaan.
 
Hal terpenting adalah membentuk mahasiswa generasi milenial yang berkarakter sehingga mampu memanfaatkan peluang dan mengakses pekerjaan-pekerjaan baru yang tidak dikenal sebelumnya.

STIE Sampit kini meningkatkan pembelajaran lapangan, yakni mengarahkan mahasiswa terjun langsung ke dunia usaha dengan difasilitasi pihak kampus. Dengan begitu, mereka sudah memiliki pengalaman yang akan menjadi bekal berharga saat lulus nanti.

"Generasi saat ini dan akan datang harus dibina agar memiliki jiwa dan kemampuan kewirausahaan generasi pencipta lapangan kerja, bukan pencari kerja. Apapun jenis pekerjaan yang dilakukan harus disertai dengan jiwa kewirausahaan yaitu melawan dan tangguh kreatif serta inovatif," kata Thamrin.

Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur Nur Aswan mengatakan, ketika terjun ke masyarakat dan dunia kerja maka sarjana akan dihadapkan pada ilmu tahu dan ilmu bisa. 

"Kunci sukses itu bukan karena kuliah di kampus besar atau favorit. Bukan semata karena lulusan terbaik ataupun cumlaude, tetapi juga harus memiliki 'life skill', kejujuran, kepercayaan dan karakter yang kuat," kata Nur Aswan.

Pemerintah daerah berharap alumni STIE Sampit pandai dan bijak dalam memanfaatkan pengalaman belajar dan hasil belajar demi keberhasilan lebih lanjut. Masyarakat tidak hanya menilai dari sisi keilmuan, namun menitikberatkan kepada moralitas dan nilai-nilai kepatutan yang berlaku di masyarakat.

"Berhasil atau tidaknya seorang sarjana nantinya, tentu atas aktualisasi yang akan ditanam. Kecerdasan teoritis tidak menjamin bisa sukses menggapai cita-cita karena dibutuhkan pula kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual," demikian Nur Aswan.