Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengingatkan untuk tidak cukup puas dengan pencapaian akademik, seperti gelar sarjana, tetapi harus lebih jauh menjadi intelektual cendekiawan.
"Itulah sebabnya ndak cukup menjadi sarjana, tetapi harus baik budi. Apa itu baik budi? Cendikia. Kita menjadi cendikiawan, atau intelektual, nah ini beda dengan sarjana," katanya, di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut disampaikannya saat membuka Forum Komunikasi dan Koordinasi Peningkatan Peran Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS) di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.
Mahfud juga menyitir pemikiran Sosiolog Iran, Ali Syariati mengenai peran cendekiawan yang tertuang dalam bukunya tentang Sosiologi Islam.
"Kalau Ali Syariati ketika mau menulis bukunya tentang sosiologi Islam itu mengatakan beda dong cendikiawan dan sarjana. Sarjana itu ada keahlian teknis dan 'skill' yang ditulis di kertas bahwa anda ahli ini-ahli ini dan bisa melakukan itu," katanya.
Baca juga: Masyarakat diminta abaikan hoaks soal COVID-19 di Indonesia
Namun, kata dia, seorang intelektual cendekiawan, selain memiliki kehebatan "skill", keahlian, dan pemikiran, juga memiliki kemuliaan watak untuk bertanggung jawab bagi kemajuan bangsa dan negara.
Menurut dia, sumber daya manusia (SDM) yang unggul dalam bahasa akademis lebih dari sekadar gelar sarjana yang ditandai dengan gelar akademis.
"Sarjana itu orang hebat, punya ukuran atau kualifikasi keahlian yang terukur ditandai oleh ijazah seperti sarjana S1, S2, S3, tapi itu belum tentu unggul," katanya.
Baca juga: Data WNI kombatan ISIS bertambah menjadi 699 orang, kata Mahfud MD
Oleh sebab itu, kata dia, Rektor pertama UGM Prof Sardjito pernah menyampaikan bahwa tidak cukup menjadi sarjana, tetapi jadilah sarjana yang sujana.
"Apa itu? Sarjono sing sujono, sarjana yang sujana. Yaitu, orang yang pandai dan baik budi, karena banyak orang pandai tidak baik budi, tapi banyak orang baik budi tapi bodoh," katanya.
Makna itu pula, kata dia, yang dituangkan dalam konstitusi bahwa pendidikan di Indonesia ditujukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Itulah yang di dalam konstitusi kita itu disebut pendidikan di Indonesia itu ditujukan untuk untuk mencerdaskan kehidupan, bukan mencerdaskan otak. Coba dilihat UUD. Mencerdaskan kehidupan bangsa, apa artinya? Artinya otak dan watak," kata Mahfud.
Baca juga: Politik uang masih terjadi di Pilkada, kata Mahfud MD
Berita Terkait
Mayoritas publik puas dengan penyelenggaraan Pemilu 2024
Senin, 22 April 2024 13:17 Wib
Pelatih Arsenal puas dengan penampilan timnya usai kalahkah Wolves
Minggu, 21 April 2024 10:11 Wib
STY sangat puas dengan penampilan Thom Haye
Rabu, 27 Maret 2024 13:08 Wib
Mayoritas pemilih yang puas dengan Jokowi mencoblos Prabowo
Rabu, 21 Februari 2024 22:22 Wib
81,7 persen publik puas dengan kinerja Jokowi
Rabu, 31 Januari 2024 14:40 Wib
Fajar/Rian puas dapat balaskan kekalahan dari Fang-Chih/Fang-Jen
Jumat, 12 Januari 2024 14:19 Wib
80,8 persen publik puas terhadap kinerja Jokowi
Selasa, 2 Januari 2024 14:05 Wib
Veda puas dengan karier balapnya selama 2023
Senin, 4 Desember 2023 7:10 Wib