Ribuan ternak babi di daerah ini dilaporkan mati terserang virus ASF

id babi mati,Kupang,Ribuan ternak babi di daerah ini dilaporkan mati terserang virus ASF,virus ASF,Nusa Tenggara Timur,Kota Kupang,Bupati Timor Tengah Se

Ribuan ternak babi di daerah ini dilaporkan mati terserang virus ASF

Satu ekor babi yang mati akibat virus ASF dibuang oleh warga di tempat pembuangan sampah di kawasan Penfui, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur pada akhir Februari 2020 lalu. (Antara/HO- Juventus Beribe.)

Kupang (ANTARA) - Ribuan ekor ternak babi milik masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), dilaporkan mati karena terserang virus African Swine Fever (ASF) yang diduga masuk dari Timor Leste.

"Sampai hari ini sudah ada sekitar 1.000 ekor ternak babi yang mati. Angka ini tidak termasuk yang belum dilaporkan atau tidak dilaporkan oleh masyarakat, terutama yang ada di pedalaman," kata Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) Egusem Piether Tahun, Senin, (16/3).

Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan serangan virus babi Afrika terhadap ternak babi di Pulau Timor yang meliputi Kabupaten Belu, Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Kupang dan Kota Kupang.

Bupati mengatakan pemerintah hanya bisa memberikan pemahaman kepada warga untuk menjaga lalulintas ternak antarwilayah guna mencegah penyeberan virus tersebut.

"Virus ini belum ada vaksinnya sehingga hal utama adalah lalulintas ternak babi antarwilayah harus dicegah. Peredaran daging babi dari satu wilayah ke wilayah lain juga harus dicegah," katanya menambahkan.

Upaya lain adalah semua tempat pemotongan daging babi harus diperiksa, untuk memastikan bahwa babi yang dipotong benar-benar sehat dan bukan babi yang sudah tertular virus, karena dapat menjadi media penyeberan virus babi.

Dalam hubungan dengan ini, kerja sama seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan, mengingat petugas tidak bisa melakukan pengawasan secara menyeluruh, kata bupati.

Dia menambahkan jika dihitung secara ekonomis, maka kematian ternak babi di wilayah itu telah menimbulkan kerugian lebih dari Rp3 miliar.

Angka ini dihitung berdasarkan harga satu ekor ternak babi di daerah itu yang berkisar antara Rp3-5 juta per ekor, katanya menjelaskan.