Selama diisolasi, pasien COVID-19 tidak merasa 'terpenjara'

id pasien COVID19,Selama diisolasi, pasien COVID-19 tidak merasa 'terpenjara'

Selama diisolasi, pasien COVID-19 tidak merasa 'terpenjara'

Ilustrasi. (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Jakarta (ANTARA) - Seorang pasien positif COVID-19 mengaku tidak merasa 'terpenjara' selama menjalani menjalani perawatan isolasi di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit.

"Aktifitas normal saja. Saat baru masuk (isolasi) virus saya masih dinyatakan aktif infeksinya, jadi lebih banyak tidur dan ke kamar mandi," kata seorang pasien berinisial RS saat menceritakan kondisinya kepada ANTARA melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat sore.

RS dirawat dalam satu ruangan isolasi berukuran 7x6 meter per segi bersama seorang pasien positif lainnya sejak Rabu (18/3).

Dalam ruangan tersebut terdapat fasilitas berupa pendingin udara bertekanan negatif, kamera pengawas (CCTV) sambungan internet hingga jendela yang cukup lebar untuk melihat ke luar ruangan.

"Sekarang ini ruangan cukup besar, saya bisa jalan-jalan di ruangan dan lihat ke luar melalui kaca yang cukup besar," katanya.

Tenaga medis di rumah sakit pun memperbolehkan pasien membawa alat komunikasi untuk mengakses layanan internet serta berinteraksi dengan keluarga maupun kolega.

"Kebetulan mereka memperbolehkan pasien membawa alat komunikasi yang saya pakai untuk melihat informasi dari Google dan komunikasi keluarga," katanya.

Sejak kondisi RS dirasa semakin membaik mulai Jumat (20/3), pasien pria itu mulai mengisi hari-hari dengan jalan-jalan di sekitar ruangan yang dirasa cukup luas.

RS juga kerap bertukar cerita dengan pasien lain maupun perawat dan dokter.

"Saya ajak mereka (perawat dan dokter) diskusi. Mereka menggunakan alat pelindung diri rata-rata selama enam jam," katanya.

Salah satu topik pembicaraan dengan tenaga medis yang merawat adalah jumlah pasien COVID-19 yang kini kian bertambah di rumah sakit tersebut.

"Ini aja waktu saya masuk mereka bilang saya pasien kasus ke-12 atau ke-13. Tapi Rabu (25/3) kemarin, sudah 42 pasien di RSKD Duren Sawit," katanya.

RS juga memanfaatkan fasilitas alat komunikasi untuk menulis tentang kondisinya selama dirawat dan dibagikan melalui grup alumni Universitas Indonesia.

"Saya jadi rajin menulis. Saya akses informasi mengenai penyakit saya ini lalu menuliskannya. Saya ingin menguatkan ke sesama penderita tidak perlu 'down' dan bisa edukasi masyarakat ikuti anjuran pemerintah," katanya.

RS juga senantiasa menjaga pikiran untuk tetap positif.

"Karena sebagai orang beragama, kita harus yakin bahwa Tuhan kita ada," katanya.