Plasma darah untuk terapi COVID-19 tidak diperjualbelikan

id plasma darah,untuk covid-19,rscm,fakultas kedokteran ,universitas indonesia

Plasma darah untuk terapi COVID-19 tidak diperjualbelikan

Mesin memproses darah dari Ahli Biologi Abdullah Can Yuce, seorang pasien sembuh dari COVID-19 yang akan digunakan plasma darahnya untuk terapi perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Internasional Medicaka, Istanbul, Turki, Selasa (14/4/2020). Penggunaan plasma darah dari pasien COVID-19 yang telah sembuh kepada orang yang dalam perawatan saat ini sedang dicoba dilakukan di rumah sakit-rumah sakit di beberapa negara. Foto diambil pada tanggal 14 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas/wsj.

Jakarta (ANTARA) - Tim Peneliti Plasma Konvalesen Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr. Elida Marpaung, M Biomed menegaskan plasma darah atau konvalesen pasien COVID-19 yang kini sedang diuji untuk menjadi salah satu terapi bagi pasien dengan gejala berat penyakit itu tidak boleh diperjualbelikan

"Seperti transfusi pada umumnya bahwa memang darah manusia itu tidak boleh diperjualbelikan," kata Eida Marpaung dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Indonesian Clinical Training and Education Center (ICTEC) dan Bagian Penelitian RSCM-FKUI di Jakarta, Selasa.

Peraturan yang sekarang ada untuk proses transfusi darah, kata dokter dari Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) RSCM itu, juga berlaku untuk plasma darah, yaitu yang digantikan oleh pasien adalah biaya pengolahan darah, meski hal itu tidak berlaku untuk penelitian.

Terapi plasma darah adalah jenis terapi yang ditujukan untuk pasien COVID-19 dengan gejala berat. Metode yang dilakukan untuk terapi ini adalah dengan mengambil plasma konvalesen dari pasien positif COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh selama empat pekan.

Plasma dari darah tersebut akan ditransfusi ke pasien dengan gejala berat dengan tujuan antibodi dalam plasma akan bekerja membantu menetralisasi virus yang ada di dalam tubuh.

Dia menegaskan bahwa donor yang diterima adalah yang diberikan secara sukarela. Dalam rangka penelitian terapi plasma darah, yang sekarang tengah dilakukan di Indonesia, pasien penerima terapi juga tidak akan dibebankan apapun.

Sebelumnya Tim Peneliti Plasma Konvalesen RSCM/FKUI tengah mengumpulkan pasien COVID-19 yang sudah sembuh untuk secara sukarela menyerahkan plasma darah yang akan digunakan untuk mengobati pasien dengan gejala berat.

Untuk menjadi pendonor, sukarelawan harus menyertakan beberapa protokol kesehatan seperti melakukan swab COVID-19 dan dinyatakan negatif.