Jakarta (ANTARA) - Virus corona baru atau SARS CoV-2 memang benar menyebar terutama melalui kontak orang-ke-orang melalui tetesan air atau droplet dari orang yang terinfeksi ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara.
Ketimbang batuk dan bersin yang jelas menunjukkan seseorang sakit, sekedar berbicara tampaknya tidak terlalu mencurigakan. Namun, secara sederhana berbicara bisa menyebarkan virus.
Dalam korespondensi baru New England Journal of Medicine, peneliti dari National Institutes of Health dan Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania menulis, berbicara menghasilkan tetesan air atau droplet yang bervariasi dalam ukuran.
Baca juga: Jaga sepatu agar tak jadi media penularan corona
Droplet yang lebih besar menimbulkan risiko lebih kecil, karena jatuh dengan cepat ke tanah. Sementara droplet yang lebih kecil dapat mengalami dehidrasi dan bertahan di udara seperti aerosol.
"(Droplet kecil) ini memperluas jangkauan spasial partikel menular yang dipancarkan," kata para penulis seperti dilansir Health, Selasa (26/5).
Hanya saja, penelitian tidak secara khusus melacak tetesan yang terinfeksi COVID-19 dan seberapa jauh tetesan saat berbicara bergerak. Namun, penelitian menunjukkan banyak droplet dihasilkan melalui berbicara.
Matthew Meselson, PhD, seorang ahli genetika dan biologi molekuler di Universitas Harvard mengatakan, temuan ini menunjukkan pentingnya memakai masker setiap kali diperkirakan orang yang terinfeksi mungkin berada di dekat Anda.
Baca juga: Bayi 9 bulan meninggal akibat terinfeksi COVID-19
Aturan jarak sosial sejauh enam kaki atau dua meter juga melindungi terhadap tetesan yang keluar dari berbicara.
Lalu, bagaimana dengan berbicara dengan keras, apakah meningkatkan penyebaran COVID-19?
Ya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) secara khusus menyebut suara keras sebagai kemungkinan vektor untuk COVID-19.
Tapi ini bukan pertama kalinya berbicara dengan suara keras dihubungkan dengan lebih mudahnya penyebaran tetesan. Penelitian dari Prosiding National Academy of Sciences of the United States of America menemukan, ucapan keras bisa memancarkan ribuan tetesan cairan oral per detik.
Baca juga: Patah hati di tengah pandemi corona? Begini cara mengatasinya
Laporan yang diterbitkan 13 Mei 2020 itu mengkonfirmasi total volume jumlah tetesan meningkat melalui suara yang keras saat berbicara.
Peneliti juga menemukan, tetesan itu sangat kecil sehingga bisa bertahan di udara hingga 14 menit.
Kombinasi emisi tetesan kecil dan kemampuannya untuk tetap tersuspensi di udara dalam ruang tertutup selama waktu tertentu dapat menjelaskan bagaimana COVID-19 bisa dengan cepat menyebar di ruangan yang orang di dalamnya tidak menunjukkan gejala atau hanya gejala yang sangat ringan.
Baca juga: Kenali tanda sistem imun tubuh melemah dan cara mengatasinya
Baca juga: Hal kecil jadi berharga selama pandemi corona
Baca juga: Cara aman kirim paket selama pandemi corona
Berita Terkait
Ada 72 kasus COVID-19 di Lampung
Selasa, 23 Mei 2023 12:20 Wib
Berikut penjelasan RSUD Tamiang Layang terkait meninggalnya warga terkonfirmasi positif COVID-19
Sabtu, 3 September 2022 21:42 Wib
Obat oral COVID-19 Pfizer untuk penggunaan darurat kantongi izin BPOM
Selasa, 23 Agustus 2022 10:46 Wib
Gejala long COVID dialami satu dari delapan orang
Jumat, 5 Agustus 2022 14:49 Wib
Pemberian dosis penguat kedua untuk nakes dinilai sebagai langkah tepat
Minggu, 31 Juli 2022 21:13 Wib
IDI minta tes PCR sebagai syarat perjalanan kembali diberlakukan
Selasa, 21 Juni 2022 16:54 Wib
PAHO sebut virus corona 'tak akan lenyap dalam waktu dekat'
Kamis, 19 Mei 2022 16:31 Wib
Jimmy Kimmel kembali positif COVID-19 setelah dinyatakan pulih
Kamis, 19 Mei 2022 11:11 Wib