Banyak faktor penyebab kematian pasien COVID-19 di Kalteng

id Virus corona, covid 19, kalteng, kalimantan tengah, tim gugus tugas, pasien positif sembuh, pasien dengan pengawasan, pdp, orang dalam pemantauan, odp

Banyak faktor penyebab kematian pasien COVID-19 di Kalteng

Ilustrasi - Sejumlah petugas medis memakamkan jenazah pasien positif COVID-19 menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap di Padang, Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul menjelaskan, tingginya angka kematian atau 'case fatality rate' (CFR) dipengaruhi oleh banyak sebab yang saling berkaitan.

"Kematian pasien COVID-19 tidak terjadi karena sebab tunggal," katanya saat dihubungi dari Palangka Raya, Selasa.

Penyebabnya beragam, meliputi penyakit penyerta (co-morbid), terlambat ke rumah sakit, kelebihan pasien di rumah sakit, rasio tenaga kesehatan-pasien yang timpang, serta kelelahan tenaga kesehatan menjadi faktor gabungan yang menjadi penyebab angka kematian tinggi.

Baca juga: Kondisi kesehatan tahanan jadi perhatian cegah penularan COVID-19

Banyaknya pasien yang dirawat, lamanya perawatan, keterbatasan peralatan rumah sakit dan rasio tenaga kesehatan-pasien yang timpang, akan menempatkan pasien dengan penyakit penyerta dalam situasi yang lebih rentan dari sebelumnya.

"Semua rumah sakit tidak memiliki opsi mengatasinya. Menambah relawan ternyata tidak mudah karena tenaga kesehatan yang bisa menjadi relawan banyak yang tidak memiliki pengalaman merawat pasien," tuturnya.

Lebih lanjut Wakil Ketua Pelaksana Harian Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng tersebut memaparkan, relokasi dan redistribusi tenaga kesehatan sulit dilakukan karena terbatasnya sumber daya manusia dan peralatan, sementara penyakit lain juga tetap harus dilayani.

Baca juga: Bupati Bartim apresiasi Kodim ikut ciptakan ketahanan pangan saat COVID-19

Baca juga: Gugus tugas jelaskan penambahan kasus positif COVID-19 di Bartim


Memindahkan tenaga kesehatan dari ruang biasa ke ruang isolasi juga bukan perkara gampang. Tenaga kesehatan harus melalui pelatihan, berumur kurang dari 50 tahun, tidak hamil, tidak punya anak kecil yang perlu ASI dan tidak punya penyakit bawaan.

"Kesulitan rumah sakit semakin menjadi-jadi karena tenaga kesehatannya banyak yang terpapar dan terpaksa harus diistirahatkan," tegas Suyuti.

Begitu tenaga kesehatan yang sakit diliburkan, rasio tenaga kesehatan-pasien semakin jauh dari ideal dan kembali menambah masalah pasien COVID-19 dengan penyakit penyerta.

Baca juga: Ratusan pedagang di Seruyan berencana gelar rapid tes COVID-19

Pilihan terbaik mengatasi tingginya angka kematian justru ada di luar rumah sakit, melalui pemutusan mata rantai penularan.

Adapun berdasarkan data terbaru pada hari ini, terjadi penambahan sebanyak 11 kasus positif baru, berasal dari Palangka Raya 8 orang, Kapuas 2 orang dan Barito Timur 1 orang.

Baca juga: Antisipasi agar tetap aman serumah dengan pasien COVID-19

Baca juga: Dukung penanganan COVID-19, produsen sawit kucurkan Rp28 miliar


Pasien sembuh sebanyak 7 orang, berasal dari Palangka Raya 6 orang dan Barito Selatan 1 orang. Pasien positif COVID-19 meninggal 1 orang berasal dari Palangka Raya.

Secara kumulatif, positif COVID-19 Kalteng menjadi 794 kasus, terdiri dari 438 dalam perawatan, 306 sembuh dan 50 meninggal. Pasien dengan pengawasan (PDP) 106 orang, orang dalam pemantauan (ODP) 263 orang, serta orang tanpa gejala (OTG) 1.244 orang.

Baca juga: Doni Monardo ingatkan asap akibat karhutla bisa tingkatkan risiko terpapar COVID-19

Baca juga: Harga emas naik dipicu kenaikan kasus COVID-19