Bantul (ANTARA) - Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta yang juga pakar epidemiologi Prof Hamam Hadi menyarankan pemerintah terus meningkatkan jumlah jangkauan tes usap untuk penegakan diagnosa COVID-19 agar penanganan pasien bisa segera dilaksanakan ketika dikonfirmasi positif.
"Melihat tren kasus positif di Indonesia dalam dua pekan terakhir ini terus meningkat, bahkan rata-rata per hari di atas seribu kasus. Saran yang perlu dilakukan pemerintah terus menaikkan (jumlah) tes usap tenggorokan," kata Hamam Hadi dalam konferensi pers di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, kasus positif harian di seluruh Indonesia yang terus meningkat dalam dua pekan terakhir ini karena pemeriksaan tes usap PCR terus ditambah jangkauannya, bahkan berdasarkan data yang ia peroleh, saat ini jumlah tes usap mencapai 2.800 orang per satu juta orang.
Dia mengatakan kasus positif harian di Indonesia yang mencapai seribu lebih karena diimbangi dengan tes usap yang masif itu menunjukkan bahwa tingkat penularan masih terjadi di masyarakat dan masih dalam intensitas yang sama dibanding beberapa pekan lalu.
"Memang benar tes usap PCR naik, tapi positif tidak turun, ini artinya penularan masih dalam intensitas sama, tetap di level itu. Oleh karena itu, selain tes dinaikkan, juga diperbaiki dan diefektifkan, misal yang dites itu yang terdekat dari kasus itu, jangan random, supaya lebih efektif," katanya.
Menurut dia, jangkauan tes usap COVID-19 ditambah terutama difokuskan di daerah-daerah dengan tingkat penularan tinggi atau zona merah, seperti di Jakarta dan sekitarnya, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, bahkan dilakukan tanpa melalui rapid test atau tes deteksi antibodi.
"Tes dinaikkan semaksimal mungkin dan terarah, fokus di sejumlah daerah yang sekarang menjadi sumber penularan COVID-19 terbesar, kalau bisa mobil-mobil PCR bisa difokuskan ke sana langsung," kata Hamam.
Masyarakat, lanjutnya, jangan menganggap bahwa saat ini sudah aman dari virus corona. Masyarakat harus tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan sesuai standar operasional prosedur (SOP) pencegahan COVID-19, karena risiko tertular masih tinggi.
"Masyarakat jangan menantang corona, karena corona bukan sesuatu yang ditantang. Jadi kalau beraktivitas ada tiga hal yang harus diperhatikan, jaga jarak, pakai masker dan selalu cuci tangan, kalau itu diterapkan Insya Allah akan bisa membantu upaya kita bersama turunkan COVID-19," katanya.
Berita Terkait
Dinkes Kalteng: Fogging dilakukan berdasarkan penyelidikan epidemiologi dan gratis, bukan penawaran
Jumat, 10 Maret 2023 14:39 Wib
Pemberian dosis penguat kedua untuk nakes dinilai sebagai langkah tepat
Minggu, 31 Juli 2022 21:13 Wib
Tekan lonjakan COVID-19, masyarakat diminta hentikan sementara aktivitas tak perlu
Kamis, 17 Juni 2021 16:35 Wib
Reuni 212 perlu dilarang mengingat COVID-19 belum turun
Kamis, 26 November 2020 16:05 Wib
Berikut alasan COVID-19 di Indonesia sedikit dibanding AS
Sabtu, 10 Oktober 2020 15:38 Wib
WHO sebut epidemiologi lokal harus jadi acuan untuk perangi COVID-19
Sabtu, 16 Mei 2020 13:32 Wib
Tes cepat dinilai tak bisa jadi tolak ukur COVID-19
Jumat, 3 April 2020 17:27 Wib
Diduga bergejala corona, seorang guru diperiksa epidemiologi secara intensif
Kamis, 5 Maret 2020 19:02 Wib