Palangka Raya (ANTARA) - Komunitas Sebangau Rangers mengajak para pemuda untuk semakin peduli dengan pelestarian orangutan yang mana primata ini masuk dalam kategori hewan dilindungi.
"Orangutan terancam punah. Kami sebagai generasi muda yang tinggal di dekat hutan ikut sedih. Oleh karena itu, orangutan harus dilestarikan dan perlu lebih banyak orang untuk peduli," kata Mahda (14) salah seorang anggota Komunitas Sebangangau Rangers kepada Antara di Palangka Raya, Senin.
Menurut dia, sebagai primata, keberadaan orangutan sangat diperlukan hutan untuk menjaga dan menyebarkan bibit pepohonan dan tumbuhan lain melalui sisa buah atau biji yang telah dimakan.
Anggota komunitas lainnya, Icha (14) mengatakan salah satu penyebab semakin terancamnya kehidupan orangutan di alam liar atau di hutan karena maraknya kebakaran hutan saat kemarau.
"Orangutan di hutan Kalimantan kian terancam. Tiap musim kemarau hutannya terbakar, ada juga orang yang ambil kayu-kayu di hutan, tebang sembarangan. Jadi,hari ini kami meminta kepada orang-orang agar turut melindungi hutan supaya orangutan tidak punah dan generasi kami tetap bisa melihat mereka," katanya.
Pernyataan itu diungkapkan dia terkait pelaksanaan peringatan hari Orangutan Internasional 2020 yang diselenggarakan oleh Borneo Nature Foundation (BNF) di Kereng Bangkirai, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
Komunitas Sebangau Rangers sendiri merupakan komunitas anak-anak dan remaja di dekat kawasan hutan Sebangau yang diinisiasi oleh Divisi Edukasi Borneo Nature Foundation.
Staf Edukasi BNF, Aloysius Dinora (27) mengatakan sejak April 2020, kegiatan Sebangau Rangers dihentikan karena pandemi COVID-19. Namun, pada Juli 2020, kegiatan dimulai kembali dengan tetap menerapkan protokol COVID-19.
"Jika pertemuan sebelum pandemi diselingi kegiatan observasi di lapangan, pada masa kebiasaan baru kegiatan berubah menyesuaikan aturan. Setiap peserta Sebangau Ranger wajib datang dalam keadaan sehat dan mendapat izin dari orangtua mereka," katanya.
Sementara itu, menurut Igen selaku salah satu tokoh masyarakat di daerah Kereng Bangkirai mengatakan pada tahun 1990-an yakni saat dia masih menjadi nelayan tangkap tradisional, sangat mudah menemui orangutan.
"Bahkan, tidak perlu kami harus masuk ke dalam hutan. Di sepanjang sungai menuju kawasan hutan, orangutan mudah ditemui. Monyet dan bekantan juga. Orangutan biasanya menyisiri pohon-pohon yang ada di pinggir sungai," kata Igen.
Dia menambahkan, perambahan hutan yang terjadi secara masif saat program sejuta hektare dicanangkan Pemerintahan Soeharto kondisi mulai berubah.
"Sejak itulah kayaknya perambahan dan kerusakan hutan sering terjadi, kebakaran kerap dan otomatis ini akan mengurangi populasi orangutan, karena rumah alaminya rusak," katanya.
Berita Terkait
Pemkab Pulang Pisau salurkan beras di Sebangau Kuala untuk kendalikan inflasi
Selasa, 28 November 2023 9:16 Wib
BNF gelar Festival Anak Sebangau untuk tingkatkan kepedulian lingkungan
Minggu, 26 November 2023 19:56 Wib
Kecamatan Sebangau Kuala tertinggi karhutla di Pulang Pisau
Selasa, 12 September 2023 17:28 Wib
Pemprov kembangkan Sebangau menjadi kawasan wisata modern tanpa hilangkan keasrian alam
Kamis, 17 Agustus 2023 10:08 Wib
Rumah warga dan fasilitas umum di Pulpis rusak akibat abrasi
Selasa, 15 Agustus 2023 17:10 Wib
Polres Pulang Pisau mendalami dugaan penyimpangan Dana Desa di Sebangau Jaya
Rabu, 2 Agustus 2023 7:02 Wib
Tahun ini, Kalteng kembangkan kawasan penyangga TN Sebangau
Rabu, 3 Mei 2023 14:14 Wib
Festival Anak Sebangau upaya tingkatkan kepedulian anak terhadap lingkungan
Senin, 12 Desember 2022 6:53 Wib