Andibachtiar Yusuf buka suara terkait keberadaan video OTT saat pandemi

id Andibachtiar Yusuf,OTT saat pandemi,Andibachtiar Yusuf buka suara terkait keberadaan video OTT saat pandemi

Andibachtiar Yusuf buka suara terkait keberadaan video OTT saat pandemi

Sutradara Andibachtiar Yusuf (ANTARA/Instagram)

Jakarta (ANTARA) - Sutradara Andibachtiar Yusuf mengungkapkan pandangannya soal peran layanan streaming video Over The Top (OTT) selama masa pandemi yang dianggap sebagai wadah bagi industri film dan televisi.

Selama pandemi, layanan video streaming seperti Viu, Netflix, Iflix hingga Disney+ Hotstar menjadi alternatif baru lantaran bioskop yang tidak bisa beroperasi, bahkan beberapa film akhirnya tayang secara eksklusif pada media tersebut.

Akan tetapi, Yusuf mengatakan yang terpenting bukan tayang di mana-nya, melainkan izin produksi yang sangat diperlukan oleh para sineas.

"OTT lebih membantu ke penggemar sebetulnya, kalau kreator kan ada hal lain selain medianya. Kalau kreator kan butuh izin untuk syuting, kalau menolong dulu cuma ada di layar lebar sekarang digital. Tapi mau OTT ada banyak kalau enggak bisa syuting, bentuk bisnis-nya aja yang kita punya banyak pilihan sekarang," kata Yusuf kepada Antara, Rabu.

Baca juga: Selama 2019, 76 tersangka ditangkap KPK dalam OTT

Sutradara film "Love for Sale" ini, mengatakan pada era digital para kreator memiliki banyak wadah untuk mempromosikan atau menayangkan filmnya. Mereka hanya tinggal memilih lebih cocok untuk menjual karyanya pada media yang mana.

"Kalau anak-anak sekarang mereka bisa milih, punya materi film bisa ke OTT atau produser mana yang mau bikin layar lebar atau kalau enggak mau ke mana-mana bisa taruh di YouTube kayak anak-anak Yogya yang tiba-tiba filmnya 23 juta viewers. Efeknya tetap dapat, tetap dilihat. Artinya saluran distribusi lebih banyak dan peluang jauh lebih besar," ujar Yusuf.

Sementara itu, dari sisi bisnis bagi Yusuf tidak ada yang berubah. Baginya terpenting adalah bisa melakukan produksi atau tidak di saat pandemi.

"Kalau dari segi bisnis relatif, IP (Intellectual Property) kan dimiliki OTT, sebagai kreativitas enggak terlalu ada masalah. Kalau kita ngomongin secara bisnis relatif-relatif aja gimana mindset-nya cuma ketika kita punya IP taruh di layar lebar dapatnya sebesar apa dan kalau kita punya IP lain taruh di OTT dapatnya seperti apa. Sering kan orang bilang bioskop belum buka-buka nih, ada OTT ya benar tapi bisa syuting enggak," kata sutradara "Bridezilla" itu.

Baca juga: KPK sudah 'wanti-wanti' agar tak ada lagi OTT di Kaltim

Baca juga: Diamankan KPK, istri Bupati Kutai Timur ternyata jabat Ketua DPRD

Baca juga: KPK lakukan OTT di Kemendikbud