Jakarta (ANTARA) - Vaksin COVID bisa melindungi Anda dan orang lain dari infeksi virus corona. Namun, ada kekhawatiran mengenai dugaan efek samping vaksin, salah satunya bisa menyebabkan kemandulan.
Dokter dan ilmuwan mengatakan dugaan ini tidak benar. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan vaksin akan memengaruhi kemampuan Anda untuk memiliki anak di masa depan.
Informasi menyesatkan seputar vaksin COVID dan kesuburan mengklaim vaksin mengandung protein lonjakan atau disebut syncytin-1, yang terkait dengan fungsi plasenta (organ yang berkembang selama kehamilan untuk memberikan oksigen dan nutrisi kepada bayi).
Informasi ini tidak benar, karena protein lonjakan SARS-CoV-2 sama sekali tidak mirip dengan syncytin-1, kata dokter spesialis kandungan di The Ohio State University Wexner Medical Center, Michael Cackovic seperti dikutip dari Shape, Minggu.
Baca juga: Perempuan 90 tahun menjadi penerima vaksin COVID pertama di Swiss
Baca juga: Ratu Elizabeth mendapat suntikan vaksin COVID-19
Dia menegaskan, tidak ada alasan untuk percaya kalau memblokir syncytin-1 menyebabkan kemandulan dan hal senada diungkapkan pakar penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security, Amesh A. Adalja.
Intinya, tidak ada bukti yang mendukung anggapan vaksin COVID-19 berdampak pada kesuburan. Para ahli kesehatan dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) setuju mengenai hal ini.
ACOG merekomendasikan vaksinasi bagi individu yang berusaha untuk hamil atau sedang mempertimbangkan untuk hamil dan memenuhi kriteria untuk vaksinasi.
Anda tidak perlu menunda kehamilan setelah menyelesaikan kedua dosis vaksin COVID-19.
Lebih lanjut, beberapa wanita yang berpartisipasi dalam uji klinis untuk dua vaksin (Pfizer dan Moderna) hamil selama percobaan, dan tidak ada bukti ada masalah kesuburan terjadi pada mereka.
Selama uji coba vaksin Moderna, 13 peserta hamil, dan selama uji coba vaksin Pfizer, terjadi 23 kehamilan. Sementara satu dari kelompok Pfizer mengalami keguguran, dan orang tersebut menerima plasebo - bukan vaksin.
Dokter spesialis penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, William Schaffner mendesak wanita yang ingin hamil untuk mempertimbangkan risiko tidak mendapatkan vaksinasi, yang mencakup potensi penyakit parah dan persalinan prematur jika mereka hamil.
Jika Anda masih khawatir tentang bagaimana vaksin COVID dapat memengaruhi kesuburan di masa depan, Schaffner merekomendasikan Anda untuk berbicara dengan dokter agar mendapatkan kepastian langsung dari penyedia medis, bukannya internet.
Dia menambahkan, vaksin COVID-19 baik itu dari Pfizer maupun Moderna menggunakan bahan genetik yang disebut mRNA yang memicu respons imun dalam tubuh, dan sebagai hasilnya Anda mengembangkan antibodi terhadap virus.
Tubuh Anda kemudian menghilangkan protein, bersama dengan mRNA, tetapi antibodi tetap ada.
Berita Terkait
Pandemi mempercepat reformasi kesehatan
Minggu, 3 Maret 2024 10:13 Wib
Calon haji tetap harus divaksin COVID-19
Selasa, 20 Februari 2024 15:35 Wib
WHO minta semua negara segera capai kesepakatan pandemi
Selasa, 23 Januari 2024 16:19 Wib
Kemenkes sebut kenaikan kasus COVID-19 varian JN.1 masih terkendali
Selasa, 19 Desember 2023 16:33 Wib
Dinkes Kapuas imbau masyarakat wawaspadai peningkatan kasus COVID-19
Kamis, 14 Desember 2023 15:56 Wib
Bupati Kotim imbau masyarakat jaga kebersihan cegah penularan COVID-19
Rabu, 13 Desember 2023 18:52 Wib
Tak perlu khawatir, mycroplasma pneumonia tak separah COVID-19
Rabu, 6 Desember 2023 18:30 Wib
Korupsi APD di Kemenkes rugikan negara ratusan miliar rupiah
Sabtu, 11 November 2023 2:02 Wib