Sekolah di Tumbang Hentas perlu penambahan tenaga pendidik

id Dprd seruyan, atinita, kuala pembuang, usulkan pns guru tumbang hantas, abdi negara, tenaga pendidik

Sekolah di Tumbang Hentas perlu penambahan tenaga pendidik

Foto Dokumentasi - Anggota DPRD Seruyan Atinita di Kuala Pembuang, (8/4/2020). (ANTARA/Radianor)

Kuala Pembuang (ANTARA) - Anggota DPRD Seruyan, Kalimantan Tengah Atinita meminta pemerintah kabupaten melalui Dinas Pendidikan menyampaikan usulan pegawai negeri sipil (PNS) tenaga pendidik atau guru terutama di Desa Tumbang Hentas.

“Saya harap agar Dinas Pendidikan mengusulkan PNS guru di Sekolah Dasar Desa Tumbang Hentas, karena di desa tersebut hanya terdapat guru honorer saja,” kata Anggota DPRD Seruyan Atinita di Kuala Pembuang, Sabtu.

Menurut dia, tidak adanya PNS guru ini akan berdampak kepada siswa yang bersekolah di SD tersebut, seperti kurang maksimalnya pembelajaran dan siswa akan pindah ke sekolah lain. Dikhawatirkan lama-kelamaan tidak ada siswa yang bersekolah di SD itu.

“Iya, berdasarkan reses kami karena guru PNS tidak ada dan siswa yang sedikit, sekolah tersebut mau ditutup artinya tidak menerima siswa baru lagi. Tapi kami perwakilan rakyat di daerah pemilihan III berkomitmen memikirkan dan mencari solusi agar sekolah itu tidak ditutup,” ungkapnya.

Politisi Partai Golongan Karya itu menjelaskan, sekolah tersebut juga mau digabung dengan sekolah yang ada di ibu kota kecamatan yakni Tumbang Langkai, hal ini juga berdampak karena wilayahnya yang cukup jauh.

“Kalau digabungkan dengan sekolah di ibu kota tentu jauh dan ini masih kurang efektif. Harapan kami dari dua atau tiga orang siswa yang bersekolah ini, harus dipertahankan jangan semakin sedikit malah mau menutup, kapan bisa majunya,” tegasnya.

Ia berharap agar Pemkab Seruyan lebih memerhatikan lagi di Dapil III, baik dari pendidikannya maupun hal lainnya, sehingga masyarakat bisa merasakan keadilan dan kesejahteraan yang sama.

“Saya memohon bukan berharap tapi mohon agar Desa Tumbang Hentas, untuk pendidikan agar memikirkan paling tidak guru negerinya itu satu orang dalam satu desa,” demikian Atinita.