Tak punya uang untuk berobat, warga dapat membayar dengan bibit pohon

id Klinik asri, kayong utara, pontianak, kalimantan barat, berobat tak pakai uang, berobat pakai bibit tanaman, kinari webb

Tak punya uang untuk berobat, warga dapat membayar dengan bibit pohon

Foto Dokumentasi - Klinik Asri di Sukada Kayong Utara, Kalimantan Barat. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Sukadana (ANTARA) - Salah satu kebijakan yang terbilang menarik dan unik ditemui pada Klinik Asri di Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat dalam melayani pasien.

Warga yang datang berobat tak perlu khawatir apabila tidak memiliki uang, lantaran bisa membayarnya dengan bibit pohon, kompos, kotoran ternak maupun kerajinan.

Cara ini pun memberikan manfaat lainnya, tak hanya untuk warga namun juga lingkungan sekitar. Pasalnya seperti bibit pohon itu kemudian digunakan untuk reboisasi.

Banyak warga yang merasa terbantu dengan adanya Klinik Asri yang berada di kaki bukit di kawasan Taman Nasional Gunung Palung tersebut.

Salah satu pasien yang biasa berobat ke fasilitas kesehatan ini, yakni Jono Karno (40) yang menilai klinik tersebut memang berbeda jika dibandingkan faskes lainnya.

"Pasien seperti saya tak harus memiliki uang untuk berobat. Sepeser pun saya tak pernah mengeluarkan uang," katanya.

Warga Desa Sedahan Jaya ini menyampaikan, ada bibit yang biasa ia pakai untuk menggantikan uang, bahkan terkadang juga menggunakan kompos.

Selain itu, ia menceritakan kondisi yang dialaminya beberapa waktu lalu dan harus dirawat selama sepekan di klinik ini. Namun Jono mengaku sama sekali tidak membayar karena ada tabungan di rumah.

Hanya saja menariknya, tabungan yang ia maksud adalah puluhan bibit pohon yang dipelihara di rumah, bukan tabungan uang yang ia simpan di bank.

"Bibit pohon itulah yang saya gunakan untuk membayar biaya opname selama sepekan," tuturnya.

Jono menceritakan aktivitas rutinnya yakni menanam bibit di pekarangan rumah. Langkah itu dilakukan apabila sewaktu-waktu nanti sakit, sehingga bibit pohon yang ditanamnya bisa menjadi pembayaran saat berobat di Klinik Asri.

Per bibit pohon dihargai dari Rp5.000-Rp7.000. Jenis bibitnya bermacam-macam, mulai dari kayu keras seperti belian sampai buahan-buahan seperti durian.

Staf Klinik Asri biasanya datang ke rumahnya untuk mencatat jumlah bibitnya dan Jono akan menerima kartu berisi nilai rupiah tabungan Jono, sehingga itu bisa dipakai saat nanti berobat.  

Tak hanya dimanfaatkan oleh Jono, tabungan bibit itu juga bisa digunakan oleh siapa pun yang ingin berobat, misalnya anak, istri, keluarga maupun tetangganya.

Warga lainnya yakni Prasetyo, juga merasa terbantu dengan adanya layanan yang diberikan Klinik Asri tersebut, sebab tanpa adanya uang, masyarakat tetap bisa berobat dengan membawa hal lain sebagai gantinya.

Ia mencontohkan, jika yang dimiliki adalah kerajinan seperti tikar, maka bisa diantar ke klinik. Bisa juga barang lain seperti atap hingga bambu.

"Kami bersyukur, alhamdulillah ini sangat membantu,” ungkapnya.

Bahkan jika tak memiliki barang-barang sebagai ganti uang, pasien atau keluarga pasien bisa membayar jasa kesehatan dengan bekerja di klinik. Hanya saja hasil kerjanya tak bisa dibayar dengan uang, namun bisa ditukar dengan obat.

Koordinator Program Reboisasi Klinik Asri, Hendriadi mengatakan, hasil kerja yang dilakukan pasien atau keluarga pasien dicatat dalam sebuah kartu, seperti tabungan. Jika sewaktu-waktu sakit, kartu ini bisa digunakan untuk berobat.

“Jadi disini bermacam-macam yang bisa dikerjakan. Bisa mencuci seprai, cuci piring, jemur pakaian atau potong rumput. Kalau di kebun bisa mengisi polybag atau membuat bedengan di penyemaian,” terangnya.

Direktur Eksekutif Yayasan Klinik Asri, Nur Febriani Wardi mengatakan, sejak berdiri pada tahun 2007, pihaknya telah menerima lebih dari 90 ribu bibit pohon dari pasien.

Bahkan pada 2020 saja, pihaknya mencatatkan ada sebanyak 28.625 bibit pohon yang diserahkan pasien sebagai biaya berobat.

"Kebanyakan merupakan spesies pohon asli Kalimantan, seperti ulin, nyatoh, bengkirai, ubah, durian, serta lainnya,” paparnya.

Latar Belakang Berdirinya Klinik Asri

Klinik ini didirikan oleh Kinari Webb, seorang dokter asal Amerika Serikat. Kinari mendirikan klinik karena melihat rendahnya tingkat kesehatan warga setempat.

Kinari bercerita, belasan tahun lalu saat melakukan penelitian di hutan, dia memiliki kenalan warga lokal bernama Tadin.

Pada suatu hari, Tadin yang juga kerja di hutan itu terluka di tangan kanan. Lukanya sebenarnya tidak terlalu besar, tetapi ia sangat takut.

Tadin sebenarnya orang yang kuat dan berani. Tetapi dengan luka kecil itu, dia sudah takut sekali seperti mau mati.

Sejak saat itu Kinari sadar, banyak warga yang tidak memiliki pengetahuan dan akses pada layanan kesehatan.

“Pak Tadin belum pernah kena suntik tetanus. Tidak ada akses ke antibiotik saat itu. Dia tidak mengerti tentang kuman dan lainnya. Dan itu tangan kanan yang digunakan untuk bekerja. Bila dia tidak bisa bekerja, keluarga tak bisa hidup,” ujarnya.

Peristiwa inilah yang membuat Kinari merasa perlu mendirikan sebuah pusat layanan kesehatan. Akhirnya, muncullah ide mendirikan Klinik Asri. Proses pendirian Klinik Asri sendiri tidaklah mudah.

Menurut Kinari, meski sudah punya ide, namun dia belum menemukan model yang tepat. Untuk itu, Kinari mencoba mencari konsep klinik yang diinginkan masyarakat.

Caranya dengan mendatangi berbagai kampung untuk meminta pendapat warga mengenai klinik yang diinginkan. Kinari juga mengadakan banyak pertemuan dengan masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Palung.

“Hampir semua ide program ini dari masyarakat. Bukan dari kami. Misalnya untuk kebun organik, itu bukan ide kami, tetapi ide masyarakat. Jadi mereka minta ada ambulans, kebun organik, dan pelatihan organik, Mereka juga minta klinik, rumah sakit dan klinik keliling,” ujar Kinari.

Kinari Webb mengatakan, pendirian klinik merupakan tanda terima kasih dunia bagi masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Palung yang telah menjaga hutan.

Klinik Asri juga memperluas layananan kesehatan dengan membuat program pengobatan keliling. Mereka mendatangi berbagai desa yang terpencil, terutama yang bertetangga dengan Taman Nasional Gunung Palung.

Lebih lanjut disampaikannya Klinik Asri adalah kombinasi antara kesehatan dan lingkungan. Filosofinya yakni dunia tidak bisa sehat kalau manusia tidak sehat dan lingkungan juga tidak sehat. Jadi dua-duanya harus sehat supaya masa depan sehat untuk semua.

Bibit tanaman yang dikumpulkan dari para pasien digunakan untuk melakukan reboisasi di kawasan Taman Nasional Gunung Palung. Pembayaran dengan bibit, kompos atau kotoran ternak sangat bermanfaat bagi upaya pelestarian hutan.

Penulis : Heriyanto