Desa ODF di Katingan ditargetkan mencapai 80 persen pada 2022

id Dinas kesehatan katingan, pemkab katingan, kasongan, desa odf katingan 2022, bebas buang air besar sembarangan, kalteng, kalimantan tengah, kadinkes k

Desa ODF di Katingan ditargetkan mencapai 80 persen pada 2022

Kepala Dinas Kesehatan Katingan Robertus Pamuryanto. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Kasongan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah melalui Dinas Kesehatan memiliki target program 80 persen desa se-kabupaten menjadi desa 'Open Defecation Free' (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan pada tahun 2022 mendatang.

"Sampai saat ini desa ODF yang ada di Katingan masih di angka 40 persen, karena itu kami targetkan mencapai 80 persen sampai akhir 2022," kata Kepala Dinas Kesehatan Robertus Pamuryanto di Kasongan, Selasa.

Menurut Robertus, kendala yang dihadapi dalam mensosialisasikan desa ODF adalah tidak mudah untuk mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat. Oleh karenanya perlu waktu, sedikit demi sedikit melakukan sosialisasi didampingi tokoh masyarakat, tokoh agama, para kader dan promotor.

Robertus menjelaskan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS/ODF) termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.

Desa ODF adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak BAB sembarangan, dengan kriteria seperti, semua masyarakat telah BAB hanya di jamban sehat termasuk kotoran bayi, tidak terlihat dan tercium tinja manusia di lingkungan sekitar.

Selanjutnya ada penerapan sanksi peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat, ada mekanisme monitoring umum yang dibuat oleh masyarakat untuk mencapai 100 persen KK mempunyai jamban layak dan ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mempunyai sanitasi total.

Untuk mencapai target 80 persen, Robertus mengaku memiliki dua strategi yaitu selalu bekerja sama dengan lintas sektor terutama dengan kepala desa, PKK, BPD, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk membantu sosialisasi kepada masyarakat.

"Kedua, menginstruksikan kepada seluruh Puskesmas dan kader-kader kesehatan untuk aktif melaksanakan penyuluhan dan setiap desa harus ada Promotor desa ODF sebagai penggeraknya," terangnya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Setia Jaya menambahkan, STBM atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku bersih dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.

"Program STBM memiliki indikator 'outcome' dan 'output'. Indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku," ungkap Jaya.

Sedangkan indikator outputnya yaitu setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitas dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BAB sembarangan, setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.

Kemudian setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas tersedia fasilitas cuci tangan sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar, setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar, serta mengelola sampahnya dengan benar.

"Dari data terakhir, sampai saat ini tercatat sebanyak 44 Desa ODF se-Katingan dan paling banyak di desa-desa yang berada di Kecamatan Katingan Hulu, Marikit, Pulau Malan dan Tewang Sangalang Garing," demikian Jaya.