Pasien diberi pendampingan non medis agar tidak merasa sendiri

id pasien,pendampingan non medis,rumah sakit

Pasien diberi pendampingan non medis agar tidak merasa sendiri

Ilustrasi pasien (ANTARA/freepik.com)

Jakarta (ANTARA) - Psikolog dari Universitas Indonesia Tika Bisono mengatakan setiap rumah sakit perlu ada pendampingan non medis seperti support group untuk memberi pendampingan pada pasien penyakit berat bahwa mereka tidak sendiri.
 
"Yang dibutuhkan support group namanya, orang-orang yang sudah duluan sakit ketemu sama yang baru di situ, ini tiap rumah sakit harus ada itu, segala macam penyakit mematikan bukan cuma kanker," ucapnya saat ditemui dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (15/3).
 
Tika menjelaskan support group ini berisi pasien yang sudah lebih dulu mengalami keadaan yang sama, untuk bisa berbagi kekuatan pada pasien baru dengan penyakit berat.

Baca juga: Ini waktu terbaik untuk pasang implan koklea bagi pasien tuli
 
Pendampingan ini dibutuhkan agar pasien yang baru di vonis penyakit mematikan bisa merasa tidak sendiri dan bisa mencurahkan perasaannya.
 
"Dengan ketemu support group itu membantu cara berpikir bahwa ini bisa terjadi pada siapa saja," jelasnya.
 
Pendampingan support group tidak hanya bisa dilakukan oleh psikolog atau di rumah sakit, justru keluarga dekat di rumahlah yang memiliki peran besar untuk memberi pendampingan non medis pada pasien.
 
Tika menjelaskan penanganan ini termasuk dalam ilmu paliatif, dimana pendamping memberikan afirmasi positif pada penderita penyakit berat bahwa masih ada harapan hidup meskipun mereka dibayangi kematian.
 
"Memang sulit menerapkan pada yang stadium akhir, bahwa harus ada usaha yang terus menerus dan tidak putus asa, yang maksudkan untuk membesarkan hati. Nafas dan hidup di tangan Tuhan, selama nafas masih ada itu ranah manusia untuk bertahan," ucapnya.
 
Pendampingan non medis atau paliatif pada pasien dengan vonis penyakit mematikan juga bisa dilakukan dengan memberi kesempatan untuk melakukan hobi mereka yang sebelumnya sudah jarang dilakukan agar tetap merasa hidup dan berguna di sisa hidupnya.
 
Tika mengatakan faktor non medis juga sangat besar pengaruhnya pada harapan hidup pasien tersebut dan 60 persen penanganan penyakit mematikan salah satunya dari non medis.
 
"Psychology and rehabilitation center sangat dibutuhkan sekali untuk para pasien. Mudah-mudahan rumah sakit dibawah pemerintah memahami faktor ini," ucapnya.
 
Ia sangat berharap rumah sakit di Indonesia menyediakan fasilitas support group dan lebih memperhatikan pendampingan non medis pada pasien kanker maupun penyakit mematikan lainnya agar pasien bisa merasa hidup dan tetap berguna.

Baca juga: Berikut hal yang dapat dilakukan pasien kemoterapi demi jaga cadangan ovarium

Baca juga: Pasien kanker perlu lakukan ini sebelum terapi

Baca juga: Benarkah pasien kanker kepala dan leher bisa alami gangguan psikiatri?