Hampir 80 persen sekolah mulai terapkan kurikulum merdeka

id Kemendikbudristek,kurikulum merdeka,sekolah di indonesia

Hampir 80 persen sekolah mulai terapkan kurikulum merdeka

Pelaksana tugas (plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulfikri (kiri), Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf (tengah), dan Koordinator Substansi Kurikulum Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Yogi Anggraena (kanan), di sela acara sosialisasi kurikulum merdeka di Padalarang, Bandung Barat, Sabtu (20/5/2023). ANTARA/Ricky Prayoga/am.

Bandung (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebut bahwa sudah hampir 80 persen sekolah di Indonesia, mulai menerapkan kurikulum merdeka.


Pelaksana tugas (plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulfikri mengatakan, capaian ini setelah program merdeka belajar yang digodog kementerian sejak 2020, mulai diluncurkan dan diperkenalkan pada kalangan pendidikan sejak 2021 lalu.

"Ini adalah pemulihan pembelajaran, setelah mulai 2021 kemudian kita kembangkan lagi, kita telah terapkan selama dua tahun dan saat ini hampir 80 persen sekolah se-Indonesia sudah menerapkan kurikulum merdeka secara sukarela," kata Zulfikri di Bandung Barat, Minggu.



Hampir 80 persen sekolah yang telah menerapkan kurikulum merdeka ini, lanjut Zulfikri, adalah sekolah-sekolah yang telah menjalankan kurikulum ini sesuai dengan kesiapannya baik itu mandiri belajar, mandiri berubah, atau mandiri berbagi.

"Itu tergantung pada kesiapan sekolah tersebut," ucapnya.



Untuk jenis sekolah yang telah menjalankan kurikulum merdeka, Zulfikri mengatakan bahwa persentase tersebut merupakan gabungan dari sekolah negeri dan swasta.

"Pada awal-awal mungkin lebih banyak swasta, mungkin negeri masih beradaptasi, seiring waktu secara merata negeri dan swasta berimbang," katanya.



Meski demikian, Zulfikri mengatakan bahwa saat ini masih dalam tahap pengenalan kurikulum merdeka, sehingga belum diwajibkan untuk dilakukan, namun pada 2024 mendatang kementerian merencanakan untuk menjadikan ini sebagai kurikulum nasional.

"Namun itu tetap pilihan, tetap belum diwajibkan semuanya, tetap bertahap sebetulnya, jadi kami tetap kawal sekolah-sekolah ini karena prinsipnya paham dulu siap dulu dan kurikulum merdeka ini disesuaikan dengan kesiapan satuan pendidikan jadi tidak pukul rata semuanya," ucapnya.



Kurikulum merdeka yang mentransformasi pembelajaran dengan membuat anak bahagia serta menikmati pembelajaran ini, kata dia, dirancang untuk bisa ditetapkan dalam situasi seminim apapun.

"Karena kita sebelum menerapkan kurikulum ini kita harus berangkat dari karakteristik dan persoalan-persoalan yang ada di daerah. Ini yang kita lihat karena fokus kepada siswa supaya mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan potensi mereka," ucapnya.



Untuk penerapan kurikulum merdeka di Jawa Barat, Zulfikri menambahkan bahwa terjadi peningkatan cukup signifikan berkat turut aktifnya komunitas-komunitas belajar dan komunitas pengajar yang sudah banyak mempelajari secara mandiri melalui platform Merdeka mengajar.

"Kami dorong sebetulnya belajar secara mandiri dengan berkelompok gitu kan di masing-masing itu akan lebih bisa rasa memiliki itu lebih tinggi daripada menerima sosialisasi satu arah, itu yang kita harapkan," tuturnya.