Palangka Raya (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Tengah menilai bahwa secara umum inflasi di provinsi setempat dari Januari hingga September 2023, masih relatif terkendali karena akumulasi tahunan sebesar 1,88 persen (yoy).
"Inflasi provinsi ini secara keseluruhan tahun 2023 pun, diprakirakan tetap dalam sasaran inflasi nasional yakni 3,00 persen +/-1 persen (yoy)," kata Kepala BI Perwakilan Kalteng Taufik Saleh di Palangka Raya, Senin.
Dia membenarkan bahwa memasuki Oktober 2023, sejumlah komoditas pangan menunjukkan kenaikan harga, meskipun sebagian lainnya tetap stabil, bahkan turun harga. Komoditas yang harganya mengalami kebaikan antara lain beras, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, gula pasir. Kenaikan harga beras disebabkan dengan kenaikan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani. Kenaikan harga GKP disebabkan oleh produksi yang terhambat karena dampak el nino.
El nino juga memberikan dampak kenaikan harga terhadap komoditas sayuran seperti ketimun Pada September 2023, Kalteng mencatatkan inflasi gabungan sebesar 0,11% (mtm), meningkat dibanding Agustus 2023 yang deflasi 0,20% (mtm). Komoditas beras menjadi penyumbang inflasi utama sejalan dengan kenaikan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani. Kenaikan harga GKP disebabkan oleh produksi yang terhambat karena dampak el nino.
"Komoditas sayuran seperti ketimun dan kacang panjang juga mengalami kenaikan harga akibat El Nino ini. Tetapi, terdapat komoditas yang mengalami penurunan harga, seperti bawang merah," beber Taufik Saleh.
Berdasarkan survei Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dilakukan Bank Indonesia, beberapa komoditas yang menunjukkan peningkatan harga saat ini yakni beras, aneka cabai, serta gula pasir. Kelompok yang diprakirakan mengalami inflasi menjelang akhir tahun adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau seiring mayoritas komoditas pangan telah kembali memasuki masa tanam pada daerah produsen.
Baca juga: BI Kalteng berupaya intensifkan kas titipan di 11 kecamatan low acces to cash
Selain itu, bensin dan angkutan udara diprakirakan menjadi komoditas penyumbang inflasi kelompok transportasi, searah tren kenaikan harga bahan bakar minyak dan avtur. Inflasi turut dipengaruhi oleh peningkatan permintaan sebagai dampak peningkatan mobilitas menjelang HBKN Nataru dan libur akhir tahun.
Momentum akhir tahun, terutama terkait Nataru biasanya diikuti peningkatan permintaan atas komoditas makanan jadi, seperti kue kering dan aneka makanan serta barang pengisi bingkisan (hampers).
"Jadi memang perlu diantisipasi, agar pasokan tepung terigu, gula pasir, minyak goreng tetap terjaga. Dengan begitu, tidak terjadi kenaikan harga yang berlebihan," demikian Taufik Saleh.
Baca juga: Guru di Palangka Raya dilatih jadi pelaku perluas cinta dan bangga rupiah
Baca juga: BI percayakan Bank Kalteng kelola kas titipan di Lamandau
Baca juga: BI: Waspadai kenaikan harga beras dan minyak goreng di Kalteng
Berita Terkait
Persija dalam persiapan matang saat jumpa Persik Kediri
Sabtu, 30 November 2024 20:24 Wib
Duel Borneo FC vs PSM hingga Derby Suramadu di Liga 1 Indonesia
Sabtu, 30 November 2024 20:15 Wib
Lapakgaming Battle Arena siap ramaikan ekosistem gim Indonesia
Sabtu, 30 November 2024 16:35 Wib
Punggawa timnas Indonesia adu ketangkasan di MLBB
Sabtu, 30 November 2024 16:33 Wib
PSSI beri motivasi langsung pada timnas putri jelang semifinal AFF
Sabtu, 30 November 2024 15:57 Wib
Modal asing keluar bersih di Indonesia capai Rp1,78 triliun
Sabtu, 30 November 2024 14:27 Wib
Tiga pemain RI di luar negeri gabung tim jelang Piala AFF
Jumat, 29 November 2024 21:08 Wib
Cedera, dua pemain timnas Indonesia lepas TC Piala AFF
Jumat, 29 November 2024 21:05 Wib