Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Halikinnor membentuk tim khusus melibatkan konsultan yang bertugas membantu rumah sakit di wilayah setempat, untuk mengatur pembagian jasa medik (jasmed) sehingga tidak ada lagi kesenjangan sosial.
“Saya minta pembagian jasmed ini betul-betul diperhatikan, karena terkadang masalah menambah, mengurang atau mengalikan itu bisa ribut. Makanya, saya membentuk tim khusus nanti dan saya sudah tunjuk orangnya,” kata Halikinnor di Sampit, Kamis.
Ia menjelaskan, jasmed adalah imbalan yang diterima tenaga medis atas pelayanan yang diberikan kepada pasien. Jasmed dapat berupa jasa pelayanan, jasa keperawatan, dan jasa administrasi.
Pembagian jasmed ini bertujuan meningkatkan motivasi kerja, meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan kinerja rumah sakit secara keseluruhan dan meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
Namun, pembagian jasmed ini tak jarang justru menimbulkan kesenjangan sosial di lingkungan rumah sakit akibat kecemburuan, karena ada yang merasa paling berjasa atau sebaliknya paling dirugikan.
Baca juga: Samsat Kotim catat ratusan kendaraan plat merah menunggak pajak
Sementara menurutnya, semua yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit memiliki perannya masing-masing, baik itu dokter, perawat, staf administrasi hingga tukang parkir.
Misalnya ada satu kendaraan saja yang hilang di parkiran rumah sakit dan menjadi sorotan masyarakat, maka nama baik rumah sakit itu yang terkena imbas dan hal ini berdampak pada semua yang bekerja di dalamnya.
“Kita ibaratkan mobil, kalau ada satu saja onderdil bermasalah maka mobil itu tidak akan jalan, begitu juga rumah sakit, perlu kerja sama tim yang baik, harus bersinergi agar rumah sakit ini bisa berjalan dengan baik dan memberikan pelayanan yang optimal,” tuturnya.
Maka dari itu, untuk mencegah kembali terjadinya kesenjangan di rumah sakit berkaitan dengan pembagian jasmed, ia memutuskan untuk membentuk tim khusus yang membantu memformulasikan pembagian jasmed secara adil dan proporsional.
“Saya ingin menghindari adanya kecemburuan di rumah sakit, makanya dibentuk tim khusus disamping tim independen yang ada selama ini supaya bisa berkolaborasi dan memberikan masukan. Ini upaya maksimal kami yang diharapkan bisa diterima semuanya, baik dokter, perawat maupun adminnya,” demikian Halikinnor.
Baca juga: BPS: Rata-rata warga Kotim menghabiskan Rp1,7 juta setiap bulan
Baca juga: Pemkab Kotim susun perda minimalkan potensi konflik sosial
Baca juga: Petani Kotim akui kenaikan HPP gabah membawa dampak signifikan