Petani di Kotim berharap pupuk bersubsidi ditambah sesuai keperluan

id Pemkab Kotim, kalteng, kotim, Kotawaringin Timur, Sampit, pertanian, pupuk bersubsidi

Petani di Kotim berharap pupuk bersubsidi ditambah sesuai keperluan

Petani di Desa Lampuyang saat memanen padi, Senin (7/4/2025). ANTARA/Norjani

Sampit (ANTARA) - Petani di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah berharap penyaluran pupuk bersubsidi untuk petani setempat ditambah, setidaknya dipenuhi sesuai keperluan ideal.

"Dalam satu hektare itu misalnya dibutuhkan 6 sak, berarti 12 sak atau tiga kwintal, tapi kami hanya dapat hanya 10 sak dalam satu musim, berarti kan kurang," kata Kepala Desa Lampuyang, Muksin di Sampit, Minggu.

Lampuyang merupakan daerah lumbung beras Kotawaringin Timur. Dari sekitar 8.000 hektare lahan potensial untuk pertanian di desa itu, saat ini sudah digarap sekitar 4.500 hektare ditanami padi.

Sejak awal April, sebagian petani di Desa Lampuyang mulai memanen padi mereka. Hasilnya cukup bagus dengan 4 sampai 5,5 ton gabah kering panen (GKP) per hektare.

Muksin mengaku bersyukur karena hasil panen cukup bagus meski pupuk yang digunakan belum ideal sesuai keperluan. Dia berharap pasokan pupuk bersubsidi ini menjadi perhatian pemerintah karena sangat penting bagi petani agar bisa mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau.

Dia menilai, pupuk subsidi yang didapat tahun ini dirasakan belum sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok atau RDKK. Padahal, pupuk sangat mutlak dibutuhkan agar padi tumbuh subur dana hasilnya bagus.

Baca juga: Akademisi Kotim sambut baik Program Satu Rumah Satu Sarjana

"Kalau dalam satu hektare diperlukan 6 sak, maka berarti total perlu 12 sak pupuk untuk dua musim, tapi menerimanya hanya 10 sak. Seharusnya sekitar 2 ton per musim, tapi cuma 1 ton kami dapat," jelasnya.

Menurut Muksin, kurangnya pupuk tentu berdampak terhadap produktivitas, namun dia bersyukur hasil panen tahun ini dinilai masih cukup bagus, meski pupuk tidak sesuai dari target.

"Alhamdulillah tahun ini bagus, mencapai 5,5 ton per hektare, minimal 4 ton lereng hektare. Kalau saat banyak kendala, hasilnya hanya 2 sampai 3,5 ton, apalagi kalau pupuk kurang. Mungkin penyalurannya yang perlu diawasi," ujar Muksin.

Muksin menyampaikan terima kasih kepada Bulog yang menyerap hasil panen di desanya dengan harga yang bagus yakni Rp6.500 per hektare GKP. Peningkatan harga ini membuat petani setempat bersemangat.

Petani juga berharap pembenahan saluran irigasi terus dilanjutkan sehingga padi aman dari banjir dan lebih subur. Selain itu, peningkatan jalan usaha tani juga sangat diperlukan untuk kelancaran pengangkutan hasil panen.

Baca juga: Pencarian penumpang jatuh ke laut muara Sampit belum membuahkan hasil

Baca juga: Dinkes catat kasus DBD di Kotim alami penurunan

Baca juga: Disdik Kotim instruksikan acara perpisahan digelar di lingkungan sekolah