Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menggelar latihan bersama (latber) guna meningkatkan kesiapan personel dalam melakukan penyelamatan di wilayah perairan atau water rescue.
“Kami menyambut baik program dari BPBD ini, melalui kegiatan ini bisa mengasah kemampuan dan kerjasama yang sangat penting ketika melakukan tugas di lapangan,” kata Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Kotim Sanggul Lumban Gaol di Sampit, Selasa.
Sanggul mewakili Bupati Kotim Halikinnor memantau kegiatan Latber Siap untuk Selamat yang digelar oleh BPBD Kotim di Danau Alam Salju, Jalan Betang Raya, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
Dalam kegiatan ini BPBD Kotim menggandeng Basarnas Pos SAR Sampit dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit.
Sanggul menyampaikan, kerjasama dan koordinasi yang baik antar personel maupun instansi terkait memang diperlukan agar dalam melaksanakan suatu kegiatan atau tindakan bisa mencapai hasil yang optimal.
Oleh karena itu, pihaknya sangat mendukung kegiatan yang digelar BPBD Kotim dan mendorong agar kegiatan ini bisa ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya, sehingga dapat melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dalam melakukan penyelamatan.
“Dengan adanya personel yang terlatih maka ketika ada masyarakat yang membutuhkan bantuan kita tidak kesulitan lagi mencari orang untuk melakukan penyelamatan, karena sudah ada personel yang tau apa tugas dan tanggung jawabnya,” ucapnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kotim ini juga menyarankan agar kegiatan latihan bersama ini bisa diperluas dengan membina kader-kader muda seperti pelajar SMA, khususnya Pramuka.
Disamping untuk menambah keterampilan dalam penyelamatan, kegiatan ini juga bisa meningkatkan jiwa sosial generasi muda Kotim untuk saling menolong sesama.
Baca juga: Pemkab Kotim apresiasi pemilik kendaraan taat pajak
Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam menerangkan, kegiatan ini dalam rangka meningkatkan kompetensi personel BPBD dalam melakukan penyelamatan di wilayah perairan di Kotim, sekaligus rangkaian peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2025.
Kotim dikenal sebagai kabupaten yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap kejadian bencana berkaitan dengan air, seperti banjir, kapal tenggelam dan korban hanyut.
Wilayah perairan itu tidak hanya menjadi tempat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat, tetapi juga memiliki potensi besar terhadap terjadinya keadaan darurat yang membutuhkan respons cepat dan tepat.
“Sebenarnya sebagian personel sudah mengenal yang namanya water rescue yang dididik juga oleh Pos SAR Sampit beberapa tahun lalu, jadi ini sebagai pengingat lagi apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu agar mereka tanggap dan sigap dalam giat di lapangan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, selama 2024 frekuensi kegiatan penyelamatan atau rescue di wilayah perairan cukup dominan di Kotim, baik diakibatkan serangan hewan predator, kecelakaan atau kejadian tertentu.
Dalam operasi penyelamatan atau pencarian dan pertolongan, BPBD menjadi bagian dari tim gabungan di bawah koordinator Pos SAR Sampit. Untuk itu, peningkatan kompetensi personel dinilai sangat diperlukan agar tidak sampai ceroboh dalam operasi di lapangan.
“Kesiapan dalam penyelamatan yang dimaksud bukan hanya tentang keselamatan korban, tetapi juga personel yang melakukan penyelamatan supaya jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tambah Multazam.
Sebanyak 28 personel BPBD dan lima anggota Pos SAR Sampit mengikuti kegiatan latihan bersama kali ini. Kegiatan diawali dengan paparan dari BKSDA Resort Sampit tentang hal-hal yang berkaitan dengan hewan predator.
Keterlibatan BKSDA Resort Sampit dalam pelatihan ini menjadi bentuk penyesuaian dengan potensi kerawanan yang ada di wilayah Kotim yang dilakukan oleh BPBD, khususnya berkaitan ancaman ketika melakukan rescue di wilayah yang banyak hewan predator.
Seperti ketika melakukan pencarian korban serangan buaya di Kecamatan Pulau Hanaut belum lama ini. Disamping fokus mencari korban, tim SAR gabungan juga dihadapkan dengan ancaman buaya yang berkeliaran di wilayah tersebut.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan dari Pos SAR Sampit untuk pengoperasian perahu karet atau fiber dan teknik menyelam serta peralatan menyelam.
“Melalui kegiatan ini diharapkan terbentuk SDM yang profesional, terlatih dan sigap dalam menghadapi situasi kedaruratan sehingga mampu mendukung upaya penanggulangan bencana secara lebih efektif, cepat dan tepat sasaran,” pungkasnya.
Baca juga: Dinas Pertanian Kotim edukasi petani untuk optimalisasi serapan gabah
Sementara itu, Komandan BKSDA Resort Sampit Muriansyah menyambut baik inisiasi BPBD untuk menggandeng pihaknya dalam rangka meningkatkan kompetensi personel untuk melakukan penyelamatan di wilayah perairan.
Menurutnya pengetahuan tentang hewan predator ini memang perlu dimiliki oleh anggota tim penyelamatan, terlebih pada sungai-sungai di Kotim masih sering dilaporkan kemunculan hewan predator seperti buaya.
“Contoh, terkadang kita melihat personel penyelamatan sering menjuntaikan kakinya ke air atau sungai ketika menggunakan perahu karet, yang seperti itu sebaiknya dihindari apalagi ketika tau wilayah yang didatangi rawan, seperti di Pulau Hanaut,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan berbagai hal yang berpotensi mengundang kedatangan buaya serta cara menghadapi situasi ketika bertemu hewan predator untuk meminimalkan risiko konflik.
Ia berharap dengan berbagi pengetahuan seperti ini bisa bermanfaat dan membantu personel BPBD dalam melakukan operasi penyelamatan kedepannya.
Senada disampaikan, Koordinator Pos SAR Sampit Ridwan menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan memang sangat diperlukan untuk meningkatkan kompetensi personel dalam melakukan penyelamatan.
“Karena berkaitan dengan penyelamatan ini bahkan jika seseorang itu bisa berenang tidak menutup kemungkinan juga bisa terjadi suatu kecelakaan. Misalnya, terpeleset atau terbentur bagian kepalanya sehingga tak sadarkan diri maka itu akan sulit,” terangnya.
Ia menambahkan, keamanan dan prosedur saat melakukan penyelamatan di wilayah perairan harus diperhatikan. Jangan sampai karena merasa memiliki kemampuan, misalnya renang yang baik, lalu mengabaikan prosedur yang ada.
“Salah satunya ketika kita melakukan pertolongan di perairan itu harus selalu menggunakan life jacket yang melekat di badan, sehingga ketika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan maka tidak menimbulkan dampak yang lebih parah,” demikian Ridwan.
Baca juga: DLH Kotim gencar ajak masyarakat menanam pohon
Baca juga: Pemkab Kotim serap masukan legislatif terkait rancangan awal RPJMD
Baca juga: Bapenda Kotim ajak penggunaan kendaraan plat lokal untuk tingkatkan PAD