Ketua Gapki Kalteng: Produktivitas sawit mengalami penurunan

id gapki kalteng, gabungan pengusaha kelapa sawit indonesia, syaiful panigoro, penurunan produktivitas sawit, harga sawit, kalimantan tengah, minyak sawi

Ketua Gapki Kalteng: Produktivitas sawit mengalami penurunan

Ketua Gapki Cabang Kalteng Syaiful Panigoro (tengah). (ANTARA/Devita Maulina)

Sampit (ANTARA) - Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Kalimantan Tengah (Kalteng) Syaiful Panigoro menyebut produktivitas sawit dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan yang dipengaruhi masalah teknis maupun non teknis.

“Saat ini produksi sawit kita menurun, memang kita terbantu oleh harga yang tinggi jadi dari sisi penghasilan kelihatan naik, tetapi sebenarnya tidak,” kata Syaiful di Sampit, Selasa.

Ia menjelaskan, dunia usaha perkebunan kelapa sawit saat ini sedang tidak baik-baik saja, maka dari itu perlu awareness atau kesadaran dari pihak-pihak terkait penyebab dan upaya, untuk mengatasi penurunan produksi agar tidak menjadi masalah berkepanjangan.

Sejumlah permasalahan teknis yang dihadapi berdampak pada penurunan produktivitas sawit di wilayah Kalimantan Tengah. Di antaranya, serangan genoderma pada kelapa sawit yang rawan terjadi ketika masa replanting atau peremajaan tanaman.

Serangan genoderma atau yang dikenal sebagai busuk pangkal batang (BPB) adalah penyakit serius yang dapat menyebabkan kerusakan pada akar dan batang, bahkan kematian tanaman.

“Sementara di Kalimantan Tengah ada beberapa wilayah yang sudah masuk tahap replanting, sehingga kita perlu mencegah agar jangan sampai perkebunan ini mati, apalagi sekarang tulang punggung devisa kita adalah perkebunan kelapa sawit,” ujarnya.

Selain itu, masalah dalam penyerbukan juga kerap dihadapi perkebunan kelapa sawit di wilayah Kalimantan Tengah. Penyerbukan yang tidak optimal dapat menyebabkan penurunan produksi dan kualitas buah.

Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya telah melakukan import kumbang Elaeidobius Kamerunicus Faust dari Afrika, guna membantu penyerbukan kelapa sawit dengan harapan bisa meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit.


Baca juga: Bank Kalteng perkuat penyaluran KUR 2025, fokus jaga kualitas dan dukung UMKM naik kelas

Kumbang jenis ini dipilih karena dinilai sangat efisien dalam proses penyerbukan, sebab bentuk, struktur, dan ukurannya yang sesuai dengan bunga kelapa sawit.

“Di samping itu, beberapa antar kebun juga saling membeli bunga jantan dengan harapan agar kumbang itu bisa ikut, tapi cara seperti ini hanya bersifat sementara kalau stoknya berkurang maka tentu akan mempengaruhi produksi juga,” lanjutnya.

Syaiful meneruskan, masalah non teknis juga dihadapi para pengusaha perkebunan kelapa sawit. Masalah non teknis ini berkaitan dengan regulasi dari pemerintah berubah-ubah.

Diketahui, sejak Februari lalu pemerintah pusat melakukan penyitaan terhadap lahan yang dinilai melanggar kawasan hutan, dan tidak sedikit lahan yang ditertibkan itu meliputi perkebunan kelapa sawit.

Menurutnya, dari kacamata pemerintah saat ini masih banyak lahan perkebunan kelapa sawit yang masuk kawasan hutan, padahal perusahaan sudah mengikuti aturan dan mengurus perizinan, hanya saja sebelum izin keluar kemudian muncul aturan baru.

“Hari ini kita dalam posisi harus menghadapi, kita tidak ada jalan lain, kecuali berharap kebijakan pemerintah ke depan untuk sawit ini bisa tertata dengan baik,” ucapnya.

Ia menambahkan, penurunan produksi sawit ini diperkirakan akan berlangsung dalam jangka panjang. Terlebih ketika masa transisi penyitaan, sehingga tidak ada kegiatan di lahan yang disita dan otomatis terjadi penurunan produksi secara signifikan.

“Kalau 2023 ke 2024 kemarin penurunannya 12 persen, sedangkan untuk 2024-2025 kami belum tahu. Kita lihat saja nanti di akhir tahun,” demikian Syaiful.

Baca juga: Bulog Kotim pastikan stok beras cukup hingga enam bulan

Baca juga: GTRA Kotim gelar sidang penetapan ratusan bidang redistribusi tanah

Baca juga: Pemkab Murung Raya bantu korban kebakaran di Desa Muara Untu