Sampit (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Eddy Mashamy mendorong kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk mencegah kasus serangan buaya agar tidak kembali terulang.
“Serangan buaya kembali terjadi dan menimpa salah seorang warga kita, ini tentu menjadi kabar yang sangat memprihatinkan dan kita berharap agar kasus serupa tidak lagi terjadi kedepannya,” kata Eddy di Sampit, Senin.
Diketahui belum lama ini, salah seorang warga Desa Bagendang Tengah atau Desa Ramban Kecamatan Mentaya Hilir Utara menjadi korban serangan buaya saat sedang berwudhu di Sungai Sampit.
Korbannya merupakan seorang pria berusia 46 tahun bernama Samsul Anwar yang berhasil selamat, meski mengalami luka di lengan bagian kanan. Sebagai anggota DPRD daerah pemilihan III yang meliputi wilayah tersebut, Eddy mengaku prihatin dengan musibah tersebut.
Ia mengunjungi korban ke rumahnya untuk menyampaikan keprihatinannya. Ia juga mendampingi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) memberikan imbauan kepada warga.
Kejadian ini diharapkan tidak dianggap sebagai insiden biasa, tetapi peringatan keras bahwa keselamatan adalah prioritas utama.
Baca juga: Bupati Kotim rencanakan pembenahan Pasar Ikan Mentaya
Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat mengundang kedatangan hewan predator tersebut ke perairan permukiman sebagaimana yang telah disampaikan oleh petugas BKSDA.
“Ini perlu menjadi perhatian kita semua, agar tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai, tidak membuat kandang ternak di sekitar bantaran sungai dan mengurangi aktivitas di sungai. Dengan begitu, semoga tidak ada lagi korban terkait masalah yang sama,” ujarnya.
Disamping itu, ia meminta pemerintah daerah melalui dinas terkait agar memperhatikan memperhatikan masyarakat yang terdampak. Dengan bantuan dari pemerintah diharapkan dapat meringankan beban dari korban maupun keluarga yang terkena musibah.
Dalam kesempatan ini, Eddy juga menyatakan dukungannya terhadap rencana pemerintah daerah untuk membangun tempat penangkaran buaya di Pulau Hanibung Kecamatan Kota Besi yang rencananya akan dijadikan lokasi wisata satwa.
Ia berharap dengan begitu jumlah buaya yang berkeliaran bebas berkurang dan potensi serangan terhadap manusia pun bisa ditekan.
Ia juga meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui BKSDA Kalteng melakukan inventarisasi dan identifikasi populasi buaya yang ada. Data tersebut dapat menjadi bahan evaluasi dalam menentukan kebijakan kedepannya.
“Dari data itu juga bisa diketahui, apakah perlu untuk dilakukan pengurangan atau relokasi buaya jika memang jumlah populasinya sudah melebihi kapasitas dan daya dukung lingkungan yang ada guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti serangan terhadap manusia,” demikian Eddy.
Baca juga: Pemkab Kotim segera fungsikan Pasar Mangkikit
Baca juga: JCH Kotim tinggal tunggu pemberangkatan
Baca juga: Diskominfo Kotim diharapkan jadi pelopor pemanfaatan teknologi informasi