Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah meluncurkan Aplikasi Silaras (Sistem Laporan Raport Dapur Sehat Atasi stunting) sebagai salah satu strategi dalam mendukung percepatan penurunan stunting di wilayah setempat.
“Hari ini kita secara resmi melaksanakan rembuk stunting sekaligus meluncurkan Aplikasi Silaras dalam rangka kita penanganan stunting di Kotim. Karena berdasarkan data pusat angka stunting di wilayah kita masih cukup tinggi, yaitu 35,5 persen,” kata Bupati Kotim Halikinnor di Sampit, Jumat.
Peluncuran Aplikasi Silaras ini menjadi salah satu rangkaian dalam kegiatan rapat koordinasi rembuk stunting yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga (DP3AP2KB) setempat.
Halikinnor menjelaskan, percepatan penurunan stunting masih menjadi salah satu prioritas pemerintah daerah karena dampaknya yang sangat signifikan terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 angka stunting di Kotim 35,5 persen. Hal ini menempatkan Kotim sebagai kabupaten dengan angka stunting tertinggi di Kalimantan Tengah.
Meskipun data tersebut berbeda dengan hasil perhitungan internal yang menunjukan penurunan signifikan angka stunting Kotim, yakni sebesar 22 persen, namun data dari pusat itu tetap menjadi atensi pemerintah daerah dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Kemudian, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, jumlah balita pendek atau stunting di Kotim sebanyak 2.543 anak atau 19,61 persen dari total 12.966 balita yang diukur pada bulan timbang Desember tahun 2024.
Adapun, hingga saat ini pemerintah pusat belum merilis data sunting Kotim untuk 2024, namun informasi sementara pada data pemerintah pusat pun angka stunting Kotim telah turun menjadi 25 persen.
“Alhamdulillah, dengan kerjasama dan sinergi semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat angka stunting kita turun dan informasi sementara penurunannya menjadi 25 persen, tetapi tentu saja kita masih menunggu hasil rilis resmi dari Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Baca juga: Kadisdik Kotim imbau orang tua tidak membeda-bedakan sekolah
Halikinnor melanjutkan, penurunan angka stunting ini tidak membuat pemerintah daerah cepat berpuas diri. Sebaliknya ini menjadi motivasi untuk meningkatkan upaya percepatan penurunan stunting.
Bahkan, ia menargetkan pada tahun berikutnya angka stunting Kotim bisa dibawah 15 persen atau memenuhi target nasional yakni 14 persen.
“Ini memang berat, karena menangani stunting ii tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi saya yakin dan optimis dengan kerja sama semua pihak itu bisa kita capai,” imbuhnya.
Sejauh ini, berbagai inovasi telah dilakukan dalam upaya percepatan penurunan stunting, di antaranya grebek stunting berupa pemberian susu dan telur pada 2.167 balita, pemberian makanan tambahan pada ibu hamil dan balita di 17 kecamatan serta Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsat) pada 33 desa di Kotim.
Pemerintah Kotim terus berupaya menekan angka stunting dengan melaksanakan upaya pencegahan dan penurunan stunting secara terintegrasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dengan mengacu kepada enam pilar strategi nasional percepatan pencegahan dan penurunan stunting.
Melalui rembuk stunting ini, Halikinnor berharap dapat menghasilkan inovasi program dalam penanganan stunting di Kotim dan dapat menghasilkan kesamaan pandangan dan persepsi dalam penanganan stunting.
Melalui momentum ini juga, ia meminta seluruh pemangku kepentingan bersama–sama mengevaluasi program penurunan stunting dan menyusun langkah strategis untuk mencegah terjadinya kasus stunting baru pada anak
Dengan mengoptimalkan pencegahan stunting pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang meliputi masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun, adalah periode krusial untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.
“Saya juga mengimbau masyarakat terutama ibu hamil atau yang punya balita untuk aktif datang ke posyandu, karena berdasarkan evaluasi kami minat para ibu untuk ke posyandu masih rendah,” ujarnya.
Baca juga: Fasilitas Pelabuhan Sampit ditingkatkan demi keamanan dan kenyamanan
Halikinnor menambahkan, dengan aktif datang ke posyandu maka pertumbuhan anak bisa dipantau mulai dari kandungan hingga lahir, sehingga upaya untuk mencegah atau mengantisipasi stunting pada anak bisa dilakukan sejak dini.
Selain itu, ia juga mendorong keterlibatan pihak perusahaan besar swasta di wilayah setempat agar ikut berkontribusi dalam program percepatan penurunan stunting terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut.
“Sementara ini hanya satu atau dua perusahaan yang aktif berkontribusi untuk penanganan stunting, untuk itu kedepannya saya minta agar semua perusahaan bisa terlibat agar penurunan stunting bisa lebih maksimal,” pungkasnya.
Pelaksana Tugas DP3AP2KB Kotim Umar Kaderi menerangkan, aplikasi Silaras adalah aplikasi untuk pelaporan Dahsat yang dikelola dinas setempat, sehingga diharapkan kedepannya pelaporan bisa lebih cepat dan akurat.
“Selama ini pelaporan tersebut masih menggunakan sistem manual, sekarang kita mulai menggunakan aplikasi, jadi setiap kegiatan Dahsat di lapangan akan dientri oleh korlap ke aplikasi tersebut,” ujarnya.
Umar optimis aplikasi ini bisa diterapkan dengan baik di Kotim, meskipun di beberapa desa masih terkendala tidak adanya sinyal, tetapi hal tersebut masih bisa diatasi dengan cara membuat data manual kemudian data itu diunggah ketika berada di lokasi yang terjangkau sinyal.
“Contohnya di Dinas Kesehatan, untuk pustu-pustu juga melakukan pelaporan melalui aplikasi, jadi untuk mereka yang berada di wilayah blank spot akan membuat laporan manual dulu kemudian ketika di tempat yang ada sinyal baru data itu diunggah dan sejauh ini cara itu bisa dijalankan,” demikian Umar.
Baca juga: Bupati Kotim pastikan keselarasan RPJMD dengan provinsi dan pusat
Baca juga: Sukseskan Zero ODOL, Pemkab Kotim dan Pemprov Kalteng gelar razia gabungan
Baca juga: Satpol PP Kotim bongkar stan baliho ilegal yang mengganggu keindahan kota