Sampit (ANTARA) - Wakil Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, Irawati meninjau sekaligus menyalurkan bantuan bagi warga yang terdampak banjir di Desa Hanjalipan, Kecamatan Kota Besi.
“Saya menyadari kondisi yang dihadapi masyarakat saat ini sangat berat, oleh karena itu saya berupaya menyalurkan bantuan yang cepat dan tepat guna memenuhi kebutuhan dasar dan meringankan beban mereka di tengah musibah ini,” kata Irawati di Sampit, Jumat.
Ia turun langsung ke Desa Hanjalipan untuk menyalurkan bantuan berupa sembako, obat-obatan, dan peralatan darurat. Hal ini sebagai bentuk perhatian dan kepedulian pemerintah daerah kepada warga yang terdampak bencana.
Ia juga sempat berdialog dengan beberapa warga setempat guna mengetahui situasi yang dirasakan warga dan apabila sekiranya kebutuhan lain yang diharapkan warga dalam kondisi tersebut.
Selain itu, ia berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan penanganan bencana berjalan optimal dan warga dapat segera kembali beraktivitas dengan normal.
“Semoga kehadiran ulun membawa semangat dan harapan baru bagi masyarakat Desa Hanjalipan,” pungkasnya.
Baca juga: Festival Telaga Bahalap upaya proaktif wujudkan desa wisata di Kotim
Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam menyampaikan banjir yang merendam Desa Hanjalipan terjadi sejak 14 September 2025 akibat intensitas hujan tinggi dan air pasang.
Desa ini berada di daerah bantaran Sungai Mentaya dan dekat pertemuan dua sungai, yakni Sungai Mentaya dan Sungai Tualan. Air pasang dari Sungai Mentaya yang cukup tinggi menambah air banjir di wilayah tersebut selama hampir dua pekan terakhir.
“Ketinggian debit air bervariasi di sepanjang jalan poros desa yang panjangnya kurang lebih 2 kilometer. Debit air tertinggi terjadi pada 17 September, yakni antara 30-60 sentimeter. Kemudian ada penurunan, tetapi pada saat air pasang banjir itu naik kembali,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, Desa Hanjalipan terdiri atas empat RT yang memiliki kurang lebih 460 rumah, satu fasilitas sekolah dasar, mushalla, pustu dan masjid.
Berdasarkan pantauan lapangan saat ini ada lima rumah yang terdampak, dalam artian air sudah masuk ke dalam rumah, sedangkan selebihnya masih tergolong aman lantaran kebanyakan rumah di desa tersebut merupakan rumah panggung.
Di samping itu, banjir juga berdampak pada fasilitas umum, khususnya sekolah dasar setempat yang tidak bisa beroperasi sementara, dan kondisi ini pun telah dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan setempat.
Sementara untuk pustu, karena bangunannya berupa rumah panggung masih bisa memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Namun, ia berharap kondisi ini mendapat perhatian lebih dari Dinas Kesehatan masalah kesehatan pada daerah banjir cukup rentan terjadi.
Banjir ini juga mengakibatkan terbatasnya aktivitas masyarakat setempat. Sebagian besar warga harus menggunakan sampan atau perahu sekadar untuk mobilitas di dalam desa.
“Sedangkan jika ingin ke kecamatan atau ibu kota kabupaten mereka harus menyeberang dulu ke Desa Jemaras, Kecamatan Cempaga, melewati area perkebunan kelapa sawit dan menempuh perjalanan darat sekitar 2,5 - 3 jam,” lanjutnya.
Baca juga: Sudah hampir dua pekan SMAN 1 MHS terendam banjir
Baca juga: Ketua Lentera Kartini turut wakili Indonesia di Konferensi Perdamaian Perempuan Internasional
Baca juga: Pemkab Kotim giatkan Gemarikan lewat lomba masak serba ikan
