Jakarta (ANTARA) - Fondasi konstruksi sarang laba-laba juga diadopsi untuk sejumlah bangunan sekolah di DKI Jakarta yang ditujukan selain untuk memperkuat bangunan juga faktor lingkungan.

"Konstruksi sarang laba-laba selain dikenal sebagai fondasi tahan gempa, juga sangat ramah lingkungan," kata Wakil Direktur Utama PT Katama, Charmeida Tjokrosuwarno di Jakarta, Jumat.

Dengan demikian, jelasnya, konstruksi ini banyak digunakan untuk merehabilitasi bangunan sekolah, rumah sakit, tempat ibadah karena alat yang dipergunakan tidak mengganggu penghuni dan lingkungan sekitarnya.

Charmeida yang didampingi Manajer Teknik Hamboro mengatakan pertimbangan Pemprov DKI Jakarta selaku pemilik pekerjaan saat merehabilitasi sekolah adalah jangan sampai mengganggu lingkungan sekitar apalagi banyak dari sekolah itu yang lokasinya masuk di permukiman yang jalannya tidak terlalu luas.

Charmeida mengatakan konstruksi sarang laba-laba yang merupakan karya anak bangsa ini juga banyak dipakai perguruan tinggi di daerah-daerah rawan gempa seperti di Aceh, Padang, dan pengembangan kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Kabupaten Serang.

Keunggulan dari teknologi ini juga disampaikan dalam ajang temu ilmiah Best 2019 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) di Sanur Bali belum lama ini.

"Kami memperlihatkan foto-foto dari bangunan yag menggunakan konstruksi sarang laba-laba saat terjadi gempa di Aceh, Padang, Lombok, dan Palu ternyata masih aman berdiri sampai sekarang," ujar Charmeida.

Menurut Charmeida masyarakat Indonesia harus menyadari kalau wilayah mereka sebagian besar berada di atas ring of fire (cincin api) sehingga sewaktu-waktu rawan terhadap gempa.

"Hadirnya bangunan tahan gempa disamping memberikan perlindungan terhadap aset juga bagi penghuni di dalamnya." ujar Charmeida.

Yang menarik dalam forum Best 2019 Untirta juga dihadiri Profesor Jean Louis Batoz dari Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis yang tengah meneliti konstruksi sarang laba-laba.

"Beliau bersama -sama Sularso pengajar dari Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Untirta yang tengah mengambil program PhD di UTC mengambil disertasi soal konstruksi sarang laba-laba," ujar Charmeida.

Dia berharap kalau Sularso menimba ilmu di UTC maka setidaknya sarang laba-laba sudah diakui di dunia internasional sebagai konstruksi tahan gempa.

Profesor Batoz, jelas Charmeida, merupakan ahli di bidang struktur mekanik sehingga tentunya sangat mengetahui betul dari konstruksi bangunan tahan gempa.

Konstruksi sarang laba-laba saat ini selain banyak dipergunakan untuk bangunan juga dipakai untuk pembangunan jalan dan lapangan udara.

"Biasanya diaplikasikan untuk tanah-tanah yang kondisinya jelek seperti berawa atau lumpur," ujar Hamboro.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019