Jakarta (ANTARA) - Jika anak terdiagnosa autisme, segera lakukan penanganan dengan memberikan terapi yang mencakup tiga hal yakni perilaku, bicara dan okupasi, menurut Ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI) Gayatri Pamoedji di Jakarta, Jumat (23/8).

"Untuk bicara bisa dimulai dengan 10 benda yang paling sering anak pakai. Di rumah usahakan 30-40 jam per minggu dilakukan terapi," kata dia.

Untuk terapi okupasi, bisa berupa olahraga untuk mengoordinasikan motorik halus seperti gerakan jari, motorik kasar misalnya gerakan kaki dan ini bisa dilakukan melalui bantuan orang tua di rumah.

Baca juga: Kenali tujuh tanda anak derita autisme

Baca juga: Alasan Dian Sastrowardoyo baru ungkapkan kondisi putra pertamanya


"Orang tua yang harus belajar. Penelitian menunjukkan, 80 persen anak berkebutuhan khusus sukses karena orang tuanya (membantu)," tutur Gayatri.

Orang tua perlu memberikan tiga kali lipat kasih sayang pada anak dengan autisme di rumah karena mereka merasa tidak aman di luar rumah, sambung dia.

Selain itu, dukungan keluarga besar menjadi hal penting. Jika belum bisa menerima, setidaknya jangan menghakimi anak dengan autisme.

"Anak autis tantrum di mal misalnya, jangan dilihat lebih dari lima detik karena tidak menolong, orang tua merasa terpojok. Jangan dikira anak autis tidak punye perasaan. Jangan bercanda pakai kata autis," kata dia.

Baca juga: Dian Sastrowardoyo sampaikan anaknya terdiagnosis autisme

Baca juga: Orang tua perlu kenali gejala autisme anak sejak dini

Baca juga: Orang tua didorong jadi pebisnis bagi penderita autis

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019