Tembok raksasa tersebut, ditetapkan UNESCO menjadi tujuh keajaiban dunia pada tahun 1978,
Beijing (ANTARA) - Sekitar tiga juta wisatawan domestik dan mancanegara, setiap tahun mengunjungi Tembok China, yang terletak sekitar 70 km dari Kota Beijing.

Kehadiran para wisatawan tersebut, untuk melihat secara langsung keindahan salah satu dari tujuh keajaban dunia tersebut, kata pemandu wisata, WUHai'yan kepada delegasi wartawan Indonesia asal NTT, NTB dan Bali di Beijing, Selasa.

Dia menambahkan, Tembok China tersebut membentang sepanjang 8.851,8 kilometer.

Baca juga: 270 WNI peringati HUT RI di Tembok Besar China

Tembok raksasa tersebut, tambahnya ditetapkan UNESCO menjadi tujuh keajaiban dunia pada tahun 1978. Pada tahun 1988 pemerintah RRT baru mengeluarkan keputusan bahwa lokasi tersebut terbuka untuk umum.
Tembok China. (ANTARA FOTO/Bernadus Tokan)

Menurut WUHaiyan, dari seluruh tembok yang telah dibangun tersebut, hingga kini tidak ada yang direnovasi.

"Tembok tersebut dibangun menggunakan batu bata merah dan sampai saat ini tidak ada satu pun yang diperbaiki. Itu artinya begitu kuatnya tembok yang dibangun ribuan tahun yang lalu," jelas WUHaiyan melalui penterjemah Erike dari Konjen RRT Denpasar.

Baca juga: Wisatawan Tembok China dibatasi

Tembok besar yang menjadi salah satu keajaiban dunia sekaligus ikon negara Tiongkok ini, membentang mulai dari Shanhaiguan di sebelah Timur, melewati perbatasan China dan Manchuria hingga Lop Nur, di sebelah Tenggara daerah otonomi Xinjiang Uygur.

Pembangunan tembok besar ini memerlukan waktu yang sangat lama, lintas generasi, bahkan lintas zaman, dan melibatkan ratusan ribu pekerja.

Pembangunan ini dimulai sejak zaman Kaisar Qin Shihuang-lah, yang pertama kali mewujudkan pembangunan dinding pertahanan itu menjadi Tembok Besar China sepanjang 2.414 km.

Kemudian dilanjutkan pada zaman Dinasti Ming, rancangan bangunannya disempurnakan menjadi tembok seperti yang terlihat saat ini.

Baca juga: 20 mahasiswa Bahasa Indonesia di China raih beasiswa Dharmasiswa


 

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019