Minapadi dapat meminimalkan serangan hama pada padi
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong berbagai daerah, yang menerapkan konsep minapadi atau pembudidayaan ikan di tengah-tengah lahan persawahan, untuk menjadi kawasan wisata, sehingga akan berdampak kepada peningkatan kesejahteraan warga setempat.

"Ke depan lokasi minapadi ini dapat juga dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai lokasi agrowisata yaitu pariwisata berbasis penggunaan lahan pertanian atau perikanan untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk swafoto," kata Dirjen Budidaya Perikanan KKP Slamet Soebjakto dalam rilis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut Slamet Soebjakto, sejumlah daerah yang sudah menerapkan lokasi minapadi sebagai kawasan wisata antara lain Sukabumi, Samberembe, Sleman, dan Bali.

Selain minapadi, ia juga mengungkapkan sekarang juga sedang dikembangkan model lainya seperti daerah untuk minacabe dan minaterong.

Slamet menjelaskan minapadi merupakan model inovasi akuakultur yang tepat guna, dan potensial untuk diadopsi dan dikembangkan oleh masyarakat. Selain keuntungan berlipat, model ini juga sangat ramah lingkungan.

"Minapadi dapat meminimalkan serangan hama pada padi, selain itu kotoran dari ikan juga menyuburkan padi, sehingga terjadi hubungan yang mutualisme. Minapadi juga tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida, sehingga produk padi yang dihasilkan bersifat organik. Saat ini padi organik memiliki nilai jual tinggi, karena tergolong kategori premium," katanya.

Slamet menambahkan, para ahli telah melakukan penelitian bahwa budi daya ikan sistem minapadi tidak mengurangi produktivitas padi. Bahkan dengan sistem ini mampu meningkatkan hasil panen padi hingga 2-3 ton per musim tanam, sehingga akan meningkatkan pendapatan petani baik pendapatan dari padi maupun ikan.

Sebelumnya, Slamet Soebjakto menyatakan sebanyak 10 perwakilan dari lima negara Afrika mempelajari sistem minapadi yang dikembangkan di Indonesia.

"Kelima negara tersebut, yakni Mauritania, Zimbabwe, Zambia, Ghana dan Senegal, yang merupakan delegasi peserta kegiatan Integrated Rice Fish Farming to Support National Food Security and Build Climate Aquaculture Resilience for African Countries," katanya.

Ia memaparkan pelatihan tersebut merupakan rangkaian kegiatan Kerja Sama Selatan Selatan Triangular (KSST) yang diadakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri.

Kelima negara tersebut, lanjutnya, belajar minapadi di lahan percontohan yang menjadi binaan Balai Besar Budidaya Air Tawar Sukabumi KKP.

Slamet mengungkapkan pengembangan minapadi di negara berkembang, seperti Afrika sangat cocok untuk diterapkan.

"Banyak keuntungan yang didapatkan dalam budi daya ikan sistem minapadi, sehingga cocok sekali dikembangkan di negara-negara yang sedang berkembang untuk memenuhi kebutuhan protein ikan serta padi. Minapadi, mampu meningkatkan optimalisasi lahan sawah yang tidak hanya menghasilkan padi, namun juga ikan. Selain itu, penggunaan air dan pupuk akan sangat efisien, sehingga biaya produksi relatif lebih murah. Produksi padi yang tanpa menggunakan pestisida turut menjadi faktor plus," ungkap Slamet.

Sebelumnya Indonesia telah ditetapkan oleh FAO (Badan Pangan Dunia) sebagai rujukan model pengembangan minapadi level Asia-Pasifik. Penunjukan Indonesia, karena dinilai telah berhasil dalam mengembangkan minapadi sebagai program prioritas nasional untuk mendukung ketahanan pangan.

Sebagai salah satu kegiatan prioritas KKP sejak 2016, hingga 2018 KKP sudah mengembangkan percontohan minapadi di lahan seluas 580 ha dan menyebar di 26 kabupaten di Indonesia. Untuk 2019, KKP sedang mengembangkan lagi di lahan seluas 400 ha yang tersebar di berbagai daerah di Nusantara.

Baca juga: KKP ungkap tiga manfaat budidaya minapadi bagi petani
Baca juga: Perwakilan lima negara Afrika belajar minapadi di Indonesia
Baca juga: China tertarik pelajari sistem minapadi Indonesia

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019