Ini dapat menjadi pilar utuk menigkatkan hubungan perdagangan
Bangkok (ANTARA) - Menteri Perdagangan dan Perindustrian India Piyush Goyal menyampaikan apresiasinya atas dorongan dan dukungan Pemerintah Indonesia di forum regional maupun bilateral untuk mengajak 16 negara menuntaskan pokok-pokok perjanjian perdagangan multilateral "Regional Comprehensive Economic Partnership" (RCEP) yang belum menemui titik temu selama tujuh tahun terakhir.

Hal itu diungkapkan Piyush Goyal di hari terakhir rangkaian Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministers' Meeting/AEM) ke-51, 5-11 September, Rabu, di Bangkok, Thailand.

Goyal mengatakan Indonesia, baik dalam forum konsultasi AEM dengan India, maupun forum Asean Troika Plus, telah mendorong India untuk dapat mencari solusi agar pokok perundingan RCEP dapat disepakati sesuai target pada November 2019,

Pakta perjanjian yang melingkupi 32,2 persen ekonomi global dan 29 persen arus perdagangan dan investasi global itu dinilai Asean dan mitra dagang kawasan sebagai koridor yang cukup penting untuk mampu meningkatkan arus perdagangan barang dan investasi. Hal itu diperlukan terutama di tengah ancaman dampak negatif terhadap negara-negara berkembang dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan potensi resesi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara.

"Indonesia sangat mendorong kami untuk berpartisipasi penuh di RCEP dengan pandangan resolusi yang baik dan penyelesaian untuk isu-isu yang selama ini menjadi perhatian. Ini dapat menjadi pilar utuk menigkatkan hubungan perdagangan," ujar Goyal.

Indonesia dalam AEM ke-51 dipimpin oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Goyal mengapresiasi kepemimpinan dan dukungan dari Enggartiasto.

"Kami ingin meningkatkan peluang-peluang kerja sama perdagangan dengan Indonesia," ujar dia.

Dalam AEM ke-51 sebanyak 16 menteri ekonomi dari negara partisipan RCEP--yang dicetuskan pada 2012-, menunjukkan komitmennya untuk meyelesaikan pokok-pokok perundingan sesuai pemrintaan Kepala Negara masing-masing yakni pada November 2019.

RCEP melingkupi 10 negara ASEAN yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, serta 6 negara mitra dagang ASEAN yakni China, India, Jepang, Australia, Korea Selatan dan Selandia Baru.

Asean beberapa kali melancarkan upaya lobi, termasuk dengan forum Asean Troika Plus, ke beberapa enam negara mitra Asean partisipan RCEP agar perundingan dapat menemui titik temu.

Enggartiasto mengatakan Asean memang perlu melakukan pendekatan intensif kepada India. Hal itu karena India memiliki pasar yang begitu besar hingga 1,3 miliar jiwa penduduk. Tentu New Delhi ingin melindungi kepentingan negaranya dari dampak pasar bebas.

Selain itu India juga tercatat belum pernah memiliki pakta perjanjian perdagangan bebas, sehingga memerlukan diskusi yang lebih mendalam dibanding negara-negara lain.

Enggartiasto mengatakan, setelah Asean Troika Plus di rangkaian AEM, India menyampaikan komitmennya untuk menuntaskan pokok-pokok perundingan RCEP dengan beberapa permintaan. Salah satu permintaan itu adalah pembukaan akses industri jasa (services) bagi India dalam RCEP.

India memang uggul dalam industri jasa. Mereka punya keunggulan di bidang jasa Teknologi Informatika dan juga jasa keuangan. Tak heran, New Delhi ingin mendapat akses industri jasa di RCEP yang memiliki potensi pasar 47 persen dari total populasi dunia.

Baca juga: Mendag: Konklusi perundingan RCEP harus tercapai November 2019
Baca juga: Indonesia kantongi komitmen India untuk tuntaskan RCEP pada 2019


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019