Jakarta (ANTARA News) - Hasil pertemuan negara-negara produsen dan konsumen minyak mentah dunia di Jeddah, Arab Saudi, yang berakhir Minggu (22/6) waktu setempat, akan ditindaklanjuti pertemuan serupa di Inggris dalam waktu dekat. "Pertemuan Jeddah belum selesai. Agendanya dilanjutkan di Inggris masih seputar kenaikan harga minyak mentah dunia yang masih tinggi," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, seusai diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor kepresidenan, Jakarta, Selasa. Dalam pertemuan puncak negara-negara produsen dan konsumen di Jeddah, Indonesia mengusulkan pembatasan harga minyak mentah dunia, sehingga batas atas dan bawah dapat `dikunci` hingga harga tidak melonjak tinggi. "Pembatasan harga minyak itu sebelumnya pernah diterapkan oleh negara-negara OPEC pada 2002-2003. Namun, usulan itu agak sulit mengingat dalam pertemuan itu ada 35 negara dan lagi sebagian besar negara berkembang masih menjalankan subsidi," kata Purnomo. Pertemuan puncak negara produsen dan konsumen akhir pekan di Jeddah yang membicarakan masalah melanjaknya harga minyak, raja Arab Saudi Abdullah menyalahkan para spekulator minyak. Kegiatan di Jeddah itu menyerukan untuk lebih tranparansi dalam transaksi pasar dan dihimbau untuk meningkatkan investasi guna menjamin pasar dalam kondisi pasokan yang cukup. Produksi Arab Saudi meningkat menjadi 9,7 juta barel per hari, kata Abdullah, seraya menambahkan jika perlu menaikkan produksi lagi untuk mengurangi ketegangan pasar, yang menyebabkan harga per barel minyak naik hampir mencapai 140 dolar per barel--yang memicu keresahan di beberapa negara. Ia mengatakan Arab Saudi akan memberikan bantuan 1,5 miliar dolar untuk upaya mengurangi kekurangan energi di negara-negara miskin, seraya menyatakan bahwa pertemuan 36 negara di Jeddah itu karena "sangat prihatin" seputar negara-negara konsumen di seluruh dunia. Ia menyalahkan meningkatnya konsumsi minyak dan pajak minyak, tetapi menambahkan "Di antara beberapa faktor lainnya penyebab kenaikan harga minyak adalah ulah para spekulator." Arab Saudi, produsen minyak terbesar dunia anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi 9,45 juta barel per hari sebelum pihaknya mengumumkan peningkatan produksi. (*)

Copyright © ANTARA 2008