Jakarta (ANTARA) - Yuma Soerianto salah satu penerima penghargaan dari 74 Ikon Prestasi Pancasila 2019, baru menerima tanda penghargaan berupa, plakat, selempang, serta piagam, dari Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono, di kantor BPIP, Jakarta, Senin.

Yuma Soerianto yang baru berusia 12 tahun dan duduk di kelas 1 SMP, di Melborne, Australia, baru menerima tanda penghargaan tersebut, karena kebetulan sedang berada di Indonesia. Yuma di Indonesia, tinggal di rumah keluarga besarnya, di Jakarta Barat.

Yuma datang ke kantor BPIP di Jalan Veteran III Jakarta, Senin siang, di antar oleh mamanya Dollies Soerianto serta tantenya Elly Soetrisno.

Setelah menerima tanda penghargaan tersebut, dari Kepala BPIP Hariyono yang didampingi Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Rima Agristina, serta Direktur Analisis dan Sinkronisasi Ani Purwanti, kemudian dilakukan foto bersama.

Yuma bersama 73 nama lainnya terpilih menerima penghargaan 74 Ikon Prestasi Pancasila, yang diselenggarakan BPIP, sebagai bentuk penghargaan kepada insan berprestasi dalam empat katerori, yakni sains dan inovasi, sosial entrepreneur, seni dan budaya, serta olah raga.

Yuma menjadi salah satu Ikon Prestasi Pancasila pada kategori, sains dan inovasi, yakni atas prestasinya sebagai pemrogram termuda di Konferensi World Wide Developer Cib (WWDC) pada usia 10 tahun, pada 2017 serta prestasinya menemukan aplikasi yang dapat membantu kaum ibu dalam menentukan harga sebuah barang dan memudahkan orang dalam memberi souvenir.

Penghargaan kepada 74 Ikon Prestasi Pancasila, telah diberikan oleh BPIP dalam sebuah "Konser Kebangsaan Apresiasi Pancasila 2019" yang diselenggarakan di Madukismo Hall, di Karang Anyar, Jawa Tengah, Senin, 19 Agustus lalu.

Baca juga: Kepulauan Seribu targetkan wakili Jakarta di Kompetisi Sains Nasional

Baca juga: Menag: Kompetisi Sains Madrasah ruang aktualisasikan potensi

Baca juga: Science techno park IPB hasilkan 265 startup


Dalam sesi dialog santai yang dilakukan oleh pimpinan BPIP dengan Yuma Soerianto bersama mamanya dan tantenya, diketahui, Yuma Soerianto yang lahir di Jakarta, pada 2007, kemudian pada usia tiga tahun pindah ke Melbourne, mengikuti kedua orang tuanya.

"Yuma pindah ke Australia, pada usia sekitar tiga tahun. keluarga besar kami ada di Jakarta," kata mamanya Yuma, Dollies Soerianto.

Dialog berlangsung dalam bahasa Inggris dan Indonesia, karena Yuma Soerianto, belum lancar mengucapkan bahasa Indonesia.

Menurut Dollies Soerianto, Yuma sejak kecil sudah menyukai bahasa pemrograman, yakni koding. Yuma terus belajar bahasa pemrograman dari internat dan pernah mendapat kursus bahasa pemrograman.

Dari minatnya dan ketekunannya untuk terus mengolah koding, membuatnya berhasil menciptakan beberapa apolikasi, antara lain, kalkulator untuk anak-anak, weather duck, hunger button, dan pocket poke.

Menurut Hariyono, BPIP memberikan penghargaan kepada orang-orang berprestasi di berbagai bidang, agar dapat menjadi teladan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.

"Penduduk Indonesia saat ini, ada sekitar 260 juta jiwa, tapi dirasakannya masih kurang unsur keletadanan, karena itu BPIP memunculkan teladan-teladan bari berbagai bidang," katanya.

Hariyono menambahkan, BPIP memberikan penghargaan dengan pertimbangan, penerima penghargaan adalah warga negara Indonesia (WNI) yang berprestasi. "Kami tidak mempersoalkan, domisilinya, agamanya, etnisnya, dan usianya. Kami hanya melihat dia adalah WNI yang berprestasi," katanya.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019