Pertumbuhan itu dipicu oleh permintaan konsumsi domestik yang tinggi
Makassar (ANTARA) - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan II 2019 tumbuh mencapai 7,46 persen (yoy) atau menduduki peringkat keempat secara nasional.

"Hal yang menggembirakan dengan pertumbuhan itu, Sulsel berada pada peringkat keempat nasional setelah Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, dan Maluku Utara," kata Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia Provinsi Sulsel Bambang Kusmiarso di sela Business Gathering 2019 di Makassar, Sulsel, Rabu.

Dia mengatakan pertumbuhan itu dipicu oleh permintaan konsumsi domestik yang tinggi sehingga perekonomian Sulsel makin membaik. Selain itu, pembangunan infrastruktur bersifat tahun jamak (multiyears) juga mendorong realisasi investasi yang lebih tinggi.

Sementara dari sisi penawaran, pada tanaman bahan makanan dan perkebunan, serta lapangan usaha industri pengolahan, kinerja industri makanan, industri barang logam bukan mesin dan industri furnitur mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi.

Baca juga: BI Sulsel: Ekonomi Syariah akan jadi primadona
Baca juga: BI Sulsel : pertumbuhan ekonomi Sulsel meningkat triwulan ll

Bank Indonesia memperkirakan proyeksi ekonomi Sulsel pada 2019 akan tumbuh pada kisaran 7-7,4 persen yang didukung oleh masih kuatnya pertumbuhan lapangan usaha konstruksi dan perdagangan, serta meningkatnya industri pengolahan dan administrasi pemerintahan.

Selain itu, lanjut Bambang, masih berlanjutnya proyek infrastruktur yang bersifat multiyears dan berakhir tahun 2019 serta relaksasi peraturan pinjaman LTV yang mendorong pembangunan perumahan menjadi salah satu penopang ekonomi Sulsel tahun 2019.

Sementara kondisi inflasi di Sulsel secara bulanan mencapai 0,36 persen (mtm) atau secara tahunan 2,84 persen (yoy). Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata 3 tahun sebesar 4,27 persen (yoy), sehingga komoditas yang perlu menjadi perhatian karena mendorong kenaikan harga antara lain emas perhiasan dan komoditas hortikultura seperti cabai.

Khusus tingkat inflasi Sulsel pada 2019 diperkirakan akan berada pada rentang target 3,5 persen ±1 persen. Beberapa risiko yang patut diwaspadai adalah fenomena pergeseran musim tanam karena adanya el nino dalam level lemah, serta peningkatan permintaan pada akhir tahun.

Oleh karena itu, koordinasi dan sinergi melalui tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) perlu semakin diperkuat dengan mengoptimalkan mekanisme komunikasi dan kerja sama antarkepala daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Baca juga: Gubernur paparkan potensi ekonomi Sulsel di KTT G20 Osaka

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019