Srinagar, Jammu-Kashmir (ANTARA) - Satu serangan granat pada Sabtu di Kota Anantnag di bagian selatan Kashmir melukai 10 orang, termasuk seorang petugas polisi lalu-lintas dan seorang wartawan, kata polisi --yang menyalahkan "pelaku teror"-- di Twitter.

Banyak orang di Kashmir telah mendidih sejak India melucuti otonomi bagian wilayah itu yang mayoritas warganya orang Muslim pada 5 Agustus, menutup jaringan telepon dan memberlakukan pembatasan seperti jam malam di beberapa daerah untuk meredam ketidakpuasan.

Baca juga: Milisi tewaskan lima polisi India dalam serangan di Kashmir

Sebagian pembatasan itu telah diredakan, tapi sebagian besar komunikasi internet dan telepon genggam di Lembah Kashmir masih diblokir.

"Pelaku teror menggunakan granat di Anantnag," kata polisi di Kashmir melalui Twitter. "Daerah menghadapi pembatasan. Penggeledehan sedang berlangsung."

Satu lagi keterangan dari polisi mengatakan hanya "luka kecil" telah dilaporkan.

Ledakan terjadi di dekat satu kantor pemerintah, kata pejabat polisi yang tak ingin disebutkan namanya karena tak berwenang berbicara dengan media kepada Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: India tahan 23 orang yang disangka punya hubungan dengan serangan Kashmir

Jika terbukti, itu tampaknya akan menandai serangan pertama di dekat kantor pemerintah sejak penindasan India atas wilayah tersebut.

Kementerian Dalam Negeri India belum menanggapi permintaan komentar.

Pemerintah Perdana Menteri Naredra Modi mengatakan penghapusan status khusus Kashmir perlu dilakukan untuk sepenuhnya menyatukan wilayah tersebut ke bagian lain India dan memacu pembangunan.

Baca juga: PM India peringatkan Pakistan balasan kuat atas serangan Kashmir

Banyak pengeritik mengatakan keputusan untuk mencabut otonomi itu akan makin menyulut keterkucilan dan perlawanan bersenjata.

Kashmir terpecah antara India dan Pakistan, keduanya mengklaim seluruh wilayah tersebut. Lebih dari 40.000 orang telah tewas dalam aksi perlawanan di Kashmir India sejak 1989.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019