Jakarta (ANTARA) - Sebagai dua negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia dan Pakistan memiliki berbagai kesamaan, mulai dari kebiasaan dan budaya masyarakat hingga tatanan di masing-masing negara.

 Setidaknya itulah yang disampaikan oleh Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Abdul Salik Khan, dalam wawancara khusus saat mengunjungi Kantor Berita ANTARA.

“Ketika suatu saat orang Pakistan dan Indonesia saling berkunjung, mereka akan merasa berada di rumah,” ujarnya.

Kesamaan yang dimiliki kedua negara, yang telah menikmati hubungan dekat sejak sebelum keduanya merdeka, juga ada pada komitmen untuk menjaga perdamaian di tatanan global, di tengah upaya membangun ekonomi dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat.

Hal itu tercermin, salah satunya, melalui konferensi ulama trilateral yang melibatkan Indonesia, Pakistan dan Afghanistan pada 2018. Konferensi tersebut merupakan pertemuan pertama para ulama dari tiga negara besar yang mewakili lebih dari 488 juta populasi umat Muslim, dan digelar di Indonesia dengan dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Konferensi yang diharapkan dapat membuka lembaran baru bagi proses perdamaian di Afghanistan itu dapat membantu menyebarkan pesan-pesan perdamaian melalui para ulama yang memiliki peran penting dalam membentuk dan mengubah pandangan masyarakat, kata Dubes Salik Khan.

                        Pakistan perangi Islamofobia

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar kedua di dunia, salah satu upaya yang dilakukan Pakistan adalah mempromosikan pesan perdamaian yang terkandung dalam agama Islam.

Salik Khan menganggap nilai perdamaian yang menjadi inti ajaran islam telah banyak ternodai paham-paham radikal dari kelompok-kelompok yang ia sebut ‘kehilangan arah’.

Paham radikal dan aksi-aksi teror yang membawa embel-embel agama akhirnya melahirkan ketakutan akan Islam, atau yang sering disebut sebagai islamofobia.


Baca juga: Pakistan akan ajak Indonesia dalam usaha perangi islamofobia
​​​​​​​


“Islamofobia didasari oleh aktivitas radikal yang dilakukan oleh kelompok tertentu yang kehilangan arah. Mereka tak sepenuhnya paham pesan Islam yang sesungguhnya,” ujar Duta Besar yang telah tinggal di Indonesia selama lebih dari satu tahun itu.

Dia pun menyebut akan mengajak Indonesia dalam kerangka kerja trilateral yang tengah dijalankan dengan Turki dan Malaysia untuk memerangi isu tersebut.

Saat ini ketiga negara tengah membentuk stasiun televisi yang akan menyiarkan pesan-pesan Islam guna memerangi islamofobia, dan dia mengatakan Indonesia merupakan negara yang penting untuk dilibatkan, mengingat negara kepulauan ini memiliki populasi Muslim terbesar di dunia.

Dia berharap agar Indonesia dapat menjadi bagian dari usaha tersebut. “Indonesia sangat penting. Tak hanya di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), tetapi Indonesia juga salah satu negara terpenting di ASEAN,” katanya.

Upaya Indonesia untuk menjaga perdamaian di tatanan dunia telah berjalan selama puluhan tahun. Komitmen Indonesia untuk berperan aktif dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, telah diamanatkan di alinea ke-empat Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Tak hanya aktif di berbagai usaha diplomasi penyelesaian konflik, sebagaimana dilansir dari laman resmi Kementerian Luar Negeri RI, Indonesia telah berpartisipasi dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Peacekeeping Mission) sejak tahun 1957.
 

Baca juga: Indonesia pilih tema "peacekeeping" saat ketuai DK PBB
 

Pada tahun 2018, sebanyak 3.544 personel tengah bertugas dalam berbagai Peacekeeping Mission PBB di berbagai negara, 94 di antaranya merupakan personel perempuan.

Peran aktif Indonesia dalam upaya-upaya tersebut pun mendorong Pakistan untuk meminta dukungan Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan di Kashmir yang masih berlangsung hingga sekarang.

                               Perdamaian di Kashmir

Salah satu isu yang tengah menjadi perhatian, tak hanya bagi Pakistan namun bagi negara-negara lain, adalah terkait Jammu dan Kashmir yang melibatkan Pakistan dan India.

India dan Pakistan, keduanya, menguasai beberapa bagian Kashmir dan mengklaim seluruh wilayah itu. Kedua negara telah dua kali terlibat perang terkait Kashmir.

Status otonomi khusus Kashmir dan Jammu yang telah dicabut oleh pemerintah India pada 5 Agustus lalu, menurut Salik Khan, menimbulkan keresahan, terlebih dengan pemberlakuan jam malam yang membatasi ruang gerak masyarakat yang berada di sana.

Sebelumnya, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan telah membawa isu Kashmir ke muka Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir September lalu, melalui pidato panjangnya.
 

Baca juga: PM Pakistan berencana bawa isu Kashmir ke DK PBB
 

PM Khan menyampaikan kekhawatiran akan situasi yang mungkin terjadi apabila dua negara dengan kekuatan nuklir besar saling berhadapan atau come face to face.

Dalam upaya resolusi konflik, Dubes Salik Khan pun menegaskan bahwa Pakistan mendorong penyelenggaraan dialog dengan India, karena peperangan tak akan menguntungkan pihak manapun.

Indonesia dan Pakistan, sebagai dua negara yang merumahi populasi Muslim terbesar di dunia, Pakistan telah meminta Indonesia membantu penyelesaian konflik Kashmir, terutama mengingat Kashmir juga memiliki mayoritas penduduk Muslim.

Selain kesamaan sebagai negara dengan populasi Muslim yang besar, Pakistan juga menggantungkan harapan pada posisi Indonesia sebagai salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).

PM Imran Khan bahkan telah menghubungi Presiden Joko Widodo secara langsung untuk meminta dukungan Indonesia dalam penyelesaian konflik tersebut.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi sempat memanggil perwakilan Pakistan dan India dan mendalami perspektif masing-masing negara atas permasalahan tersebut. Dia juga menyampaikan posisi Indonesia yang meminta India dan Pakistan menyelesaikan masalah di Kashmir dengan proses dialog.

Apabila ketegangan antar kedua negara menjadi konflik terbuka, maka kerugian akan dirasakan tak hanya oleh keduanya namun juga di kawasan.


Baca juga: India batasi akses di Kashmir setelah PM Pakistan berpidato di PBB
 

Dubes Salik Khan pun mengeluarkan pendapat yang sejalan dengan sikap tersebut dan menekankan pentingnya dialog antara kedua negara.o

“Segala isu yang ada antara India dan Pakistan, termasuk soal Jammu dan Kashmir, harus diselesaikan melalui dialog karena peperangan sama sekali bukan solusi… perdamaian harus menjadi hal yang utama,” tegasnya.


Baca juga: Kemiripan kultur disoroti dalam hubungan 'P to P' Pakistan-Indonesia

​​​​​​​

Baca juga: Dubes Pakistan ingin perkuat kerja sama SDM dengan Indonesia


 

 

Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019