London (ANTARA) - Wakil Kepala Perwakilan KBRI Moskow, Azis Nurwahyudi mengatakan keikutsertaan tim bulu tangkis Indonesia pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior 2019 kategori perorangan di Kazan, Rusia merupakan bagian dari diplomasi.

Dengan keberhasilan tim bulu tangkis Indonesia meraih satu medali emas dan dua perak, Indonesia menjadi lebih dikenal, khususnya di kalangan masyarakat Rusia, dan umumnya di seluruh dunia, ujar Azis Nurwahyudi

Sekretaris Pertama Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Enjay Diana kepada Antara London, Senin mengatakan suatu yang unik terjadi di kejuaraan ini. Tabuhan ember yang dilakukan pendukung Indonesia di Kazan Gymnastic Center, Kazan, Rusia turut mengantarkan tim bulu tangkis Indonesia meraih medali pada final Minggu (13/10).

Aksi para pendukung tim Merah Putih ini bukan saja memberikan semangat kepada para atlet Indonesia yang bertanding, tetapi aksi unik ini menjadi perhatian penonton lain di arena pertandingan. Para pendukung Indonesia yang merupakan para mahasiswa Indonesia di Kazan tiada henti-hentinya meneriakkan yel-yel, sorak sorai dan menabuh ember, serta mengibarkan bendera Merah Putih.

Lagu kebangsaan Indonesia Raya pun berkumandang di Kazan Gymnastic Center. Para pendukung Indonesia bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil memberikan hormat kepada bendera Merah Putih yang dinaikkan. Nampak pula anak-anak Rusia yang turut berdiri sambil menghormat bendera Merah Putih menirukan pendukung Indonesia.

Ketegangan dirasakan juga oleh para pendukung Indonesia ini ketika skor atlet Indonesia tertinggal dari lawannya, atau saat skor saling kejar-kejaran, dan menjelang akhir pertandingan. Namun, dukungan terus diberikan dengan sorak sorai, teriakan, yel-yel, dan tabuhan ember-ember.

Tidak sedikit juga warga Rusia yang turut mendukung tim Indonesia, termasuk anak-anak. Azis Nurwahyudi, dan sejumlah warga Indonesia dari Moskow yang datang ke Kazan berjarak 815 km dari ibukota Rusia ini untuk memberikan dukungan langsung kepada tim Indonesia.

Salah satu yel-yel yang dinyanyikan pendukung Indonesia dan menggema di arena pertandingan adalah “Hari ini kutinggalkan pelajaran. Diam-diam aku nonton pertandingan. Kata orang aku ini kesurupan. Demi Garuda apapun kulakukan. Garuda, Garuda ooo… ooo… Garuda, Garuda ooo… ooo…”

Para mahasiswa yang dikoordinasi Ahmad Nabawi, salah satu mahasiswa Indonesia di Kazan, dengan setia memberikan dukungan selama kejuaraan berlangsung dari tanggal 7 hingga 13 Oktober untuk kategori perorangan ini, termasuk semifinal sehari sebelumnya.

Di final Indonesia menempatkan ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran yang semuanya berhadapan dengan pemain China. Medali emas dipersembahkan oleh pasangan ganda putra, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin setelah mengalahkan Di Zhi Jian/Wang Chang (21-19, 21-18).

Sementara itu, medali perak diraih pasangan ganda putri Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi dan pasangan ganda campuran Leo Rolly Carnando/Indah Cahaya Sari Jamil. Satu medali lainnya, yaitu medali perunggu disumbangkan Yonathan Ramlie untuk nomor tunggal.

Sebelumnya, pada 5 Oktober lalu di final untuk kategori beregu, tabuhan ember-ember, yel-yel dan sorak sorai pendukung Indonesia mengantarkan tim Indonesia meraih medali emas. Tim Indonesia berhasil mengalahkan China dengan skor 3-1.

Lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang juga di Kazan Gymnastic Center dan bendera Merah Putih berada di atas bendera China, Jepang, dan Thailand saat dinaikkan di puncak acara penyerahan piala. Kejuaraan beregu ini berlangsung tanggal 30 September sampai 5 Oktober di tempat yang sama.

Tim bulu tangkis Indonesia merupakan atlet-atlet masa depan Indonesia ini dipimpin langsung legendaris bulu tangkis Indonesia dan dunia, Susy Susanti dan Alan Budikusuma.

Azis Nurwahyudi mengatakan Alan Budikusuma memberikan coaching clinic bulu tangkis kepada para peserta dari berbagai negara di sela kejuaraan ini yang merupakan bagian dari diplomasi. Selamat kepada tim bulu tangkis Indonesia atas prestasi yang diraih,” demikian Azis Nurwahyudi.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019