Menghadapi era industri 4.0, Asuransi Jasindo wajib mentransformasikan bisnis dari 'product oriented' ke 'customer oriented'. Dengan pola ini Jasindo diharapkan dapat menjadi pemimpin pasar dalam industri asuransi nasional
Jakarta (ANTARA) - PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) memperluas pangsa pasar dengan menerapkan pola bisnis baru yang sebelumnya berorientasi kepada produk menjadi orientasi kepada pelanggan.

“Menghadapi era industri 4.0, Asuransi Jasindo wajib mentransformasikan bisnis dari 'product oriented' ke 'customer oriented'. Dengan pola ini Jasindo diharapkan dapat menjadi pemimpin pasar dalam industri asuransi nasional," kata Direktur Keuangan dan Investasi Asuransi Jasindo, Didit Mehta Pariadi, dalam keteranganya di Jakarta, Sabtu.

Perubahan ini tidak serta merta mengubah pangsa pasar Asuransi Jasindo yang selama ini dengan korporasi-korporasi, namun dengan pola ini diharapkan perusahaan yang memercayakan asuransinya kepada Asuransi Jasindo juga akan melirik layanan asuransi lain yang Asuransi Jasindo miliki.

"Kami juga akan menyasar dan meningkatkan agresivitas untuk mendapatkan value chain dari setiap bisnis korporasi yang sudah ada tersebut.

Di sisi lain, perseroan juga perlahan akan terus meningkatkan penetrasi di segmen ritel karena ke depannya Asuransi Jasindo tidak hanya ingin bertumpu pada bisnis korporasi tetapi jangka panjang segmen ritel memiliki potensi yang sangat besar untuk diwujudkan, jelasnya.

Pada 2020 Asuransi Jasindo berencana memasarkan produk baru antara lain cyber insurance, produk segmen milenial, produk di bidang pertanian asuransi kopi dan bawang, “Di bidang perternakan asuransi kambing atau domba. Dan di bidang kesehatan, Asuransi Kesehatan Individu,” ungkap Didit.

Perluasan pangsa pasar ini tidak dilakukan Asuransi Jasindo sendiri. Untuk mendukung penetrasi ke masyarakat dengan jangkauan yang lebih luas Asuransi Jasindo akan menggandeng perusahaan financial technology (fintech) yang semakin marak pertumbuhannya di Indonesia.

“Perkembangan jasa keuangan berbasis teknologi atau financial technology (fintech) di Indonesia sangat pesat. Tentunya hal ini menjadi potential market bagi industry Asuransi. Fintech bisa di jadikan suatu pemecah es (ice breaker) yang signifikan bagi industri asuransi untuk menembus masyarakat hingga ke lapisan yang paling bawah. Selain itu fintech dapat menjadi suatu hantaran asuransi untuk maju dikarenakan fintech memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan memiliki basis data yang besar,” kata Didit.

Bagi Asuransi Jasindo, melakukan kolaborasi dengan perusahaan fintech merupakan sesuatu hal yang berpotensi karena adanya generasi milenial yang erat kaitannya dengan digitalisasi yang mulai mendominasi pasar sekarang ini.

"Pemanfaatan fintech juga bisa meningkatkan efisiensi perusahaan asuransi, baik belanja modal, infrastruktur maupun biaya operasional lainnya,” ujarnya.

Baca juga: Petani dan peternak bisa tidur nyenyak karena asuransi

Baca juga: Petani Lamongan terima klaim asuransi gagal panen Rp3,6 miliar.

 

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019