Sarilamak, (ANTARA) - Akibat aktivitas tambang yang diperparah intensitas hujan yang tinggi membuat tanah di Jorong Batu Hampa dan Jorong Simpang Tiga, Kenagarian Koto Alam, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, mengalami retakan selebar satu meter.

"Retakan tanah ini kurang lebih sepanjang 300 meter. Selain aktivitas pertambangan yang menggunakan bahan peledak, juga diperparah intensitas hujan yang tinggi," kata salah seorang warga Jorong Polong Dua, llham Uwo di lokasi, Kamis.

Ia mengatakan meski retakan berada di Jorong Batu Hampa, namun juga mengancam Jorong Polong Dua. Lebih dari 300 jiwa di jorong Polong Dua sekarang tengah dihantui longsoran tanah dari Jorong Batu Hampa.

“Sekarang di Polong Dua tinggal menunggu tanah yang roboh saja dari Jorong Batu Hampa. Retakannya sudah selebar satu meter. Kami yang di Jorong Polong Dua, tinggal menunggu ditimbun oleh longsoran dari atas,” kata dia.

Baca juga: Tanah retak mengancam bahaya pemukiman rumah penduduk di Garut

Baca juga: BPBD Lebak tetapkan status tanggap darurat bencana retakan tanah

Baca juga: Korban retakan tanah mendapat bantuan BPBD Lebak-Banten


Ia menyebutkan tiga tahun lalu retakan tanah di atas desanya ini belum ada, dan baru terlihat dalam dua tahun terakhir yang juga bertepatan dengan aktivitas tambang.

“Orang yang menambang itu pakai dinamit. Tidak jauh dari sini, hanya berkisar satu kilometer," katanya.

Sedangkan di Jorong Simpang Tiga, retakan tanah telah merusak enam unit rumah yang membuat penghuni rumah tidak bisa lagi menghuni rumah tersebut dan memilih untuk mengungsi ke rumah keluarganya.

Salah seorang pemilik rumah, Uwan menyebutkan sejak curah hujan tinggi beberapa hari terakhir terjadi gerakan tanah yang membuat dinding dan pondasi rumah menjadi retak.

“Rumah saya tidak jauh dari lokasi longsor pada Selasa (10/12). Ada gerakan tanah dan rumah saya sudah rusak,” kata dia.

Sementara Wali Nagari Koto Alam Abdul Malik mengatakan adanya pergerakan tanah di Koto Alam akibat curah hujan tinggi beberapa hari terakhir dimana ada enam unit rumah yang rusak.

“Memang ada enam unit rumah rusak. Itu akibat curah hujan yang tinggi di Koto Alam dan membuat tanah bergerak,” kata dia.*

Baca juga: Tanah retak, air muncul di mana-mana setelah gempa guncang Poso

Baca juga: Madiun minta warga Kepel waspadai tanah retak

Baca juga: Empat rumah warga ambruk akibat retakan tanah

Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019