Jakarta (ANTARA) - Di tengah berbagai isu politik yang panas, PDI Perjuangan (PDIP) dan organisasi sayap kepemudaan Nahdatul Ulama (NU), GP Ansor saling menguatkan dan sepakat untuk membangun bangsa dalam kerangka Pancasila demi Indonesia Raya.

Hal itu terungkap ketika Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto melakukan pertemuan dengan pimpinan GP Ansor di kantornya di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis malam.

Baca juga: Sebut negara darurat radikalisme, GP Ansor ingin di garda terdepan

Baca juga: GP Ansor Lebak kecam penusukan Wiranto

Baca juga: Ansor siapkan 5.000 Banser bantu pengamanan Natal


Hasto yang didampingi sejumlah kader PDIP yang berasal dari unsur NU seperti Gus Nabil Haroen dan Sekjen Bamusi Falah Amru, diterima oleh jajaran GP Ansor yang dipimpin Ketuanya Gus Yaqut Cholil Qoumas.

Pertemuan diantara kedua belah pihak dilaksanakan secara tertutup. Usai pertemuan, Hasto menyatakan dirinya hadir untuk bersilaturahmi dengan GP Ansor yang berlangsung dua jam.

Baca juga: Sembilan rekomendasi eksternal Rakernas I PDIP
​​​​​​​

Baca juga: GP Ansor sebut HTI masih beroperasi di NTT


Pertemuan itu menjadi sarana bagi Hasto untuk memaparkan hasil rapat kerja nasional (Rakernas) I PDIP yang dilaksanakan pada 10-12 Januari lalu. Di rakernas itu, PDIP mendorong sebuah konsep Haluan Negara yang berakar dari kepribadian bangsa.

"Intinya seluruh gerakan Indonesia Maju harus berbasis penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana ini relevan bagi anak muda. Maka itu kami sampaikan ke GP Ansor," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya.

Hal itu sejalan juga dengan pesan dari Proklamator RI Bung Karno, pendiri bangsa yang juga inspirasi bagi PDIP.

"Bung Karno mengatakan Islam harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengejar ketertinggalannya. Dan ternyata ini diterima baik oleh Ansor karena sebenarnya kita ini saudara sekandung sejak perjuangan berdirinya Indonesia," kata Hasto.

Hasto mengakui bahwa pertemuan ini menghasilkan sebuah komitmen bekerja sama dalam kaderisasasi kepemimpinan bersama.

"Ini penting karena tulang punggung ke depan adalah kaum muda Indonesia. Dari dulu sejarah sudah menunjukkan kebersamaan Nasionalis dan NU," kata Hasto.

Sementara itu, Gus Yaqut mengatakan, pihaknya menerima banyak ilmu lewat pertemuan dengan Hasto bersama jajarannya, khususnya mengenai kebangsaan dan peradaban.

"Kami mendapat inspirasi membangun kembali peradaban Indonesia yang dulu pernah maju," kata Gus Yaqut.

Ia mengakui bahwa kebersamaan PDIP dengan NU bukanlah isapan jempol karena keduanya seakan selalu diikat oleh rasa senasib sepenanggungan yang kuat. Misalnya, kelompok Nasionalis dan NU selalu menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok yang tak memiliki jejak sejarah bangsa ini. Ada saja kelompok yang mengadu domba Islam, dalam hal ini NU, dan kelompok Nasionalis seperti PDIP.

"Malam ini menjadi penguatan komitmen agar itu tak terjadi. Kita rasakan betul itu. Selama ini Islam dibenturkan dengan Pancasila. Dan kami sepakat menyelesaikan ini lewat kerja bersama," kata Yaqut.

Di tempat yang sama, Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Gus Nabil Haroen, menambahkan, sebagai warga NU dan anggota Fraksi PDIP, dirinya sudah merasa partai itu sebagai rumah sendiri.

"Saya merasa di PDI Perjuangan itu seperti di rumah sendiri, bukan di rumah orang lain," kata Gus Nabil.

Lebih jauh, untuk kerja sama PDIP dan Ansor, Gus Nabil memastikan itu adalah hal konkret dan secara ideologis, takkan berbenturan.

"Karena kami sama-sama memiliki frame kebangsaan. Dan yang biasa menganggu kami juga sama," tuturnya.

Baca juga: Masyarakat diajak amalkan Pancasila cegah intoleransi beragama

Baca juga: Tujuh advokat Ansor dampingi Rektor Undip hadapi Prof Suteki

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020