Ini merupakan program untuk pahlawan tanpa tanda jasa
Mataram (ANTARA) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) Wilayah Nusa Tenggara Barat menyalurkan bantuan biaya pembangunan ruang kelas Madrasah Ibdtidaiyah Darul Islah, Desa Montong Ajan, Kabupaten Lombok Tengah.

Berdasarkan rilis yang diterima di Mataram, Selasa, bantuan biaya pembangunan ruang kelas tersebut diserahkan Tim Relawan ACT NTB kepada Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah, Ayubi.

Kepala Cabang ACT NTB Lalu Muhammad Alifan menjelaskan, penyaluran bantuan biaya pembangunan ruang kelas tersebut merupakan bagian dari program Sahabat Guru Indonesia.

Baca juga: ACT-MRI bangun dapur umum untuk pengungsi di Mataram
Baca juga: ACT peroleh penghargaan Pemprov NTB terkait penanggulangan kemiskinan


"Ini merupakan program untuk pahlawan tanpa tanda jasa yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negara terutama untuk pendidikan tepian negeri," katanya.

Ia berharap dengan program tersebut dapat memberikan kehidupan yang layak kepada pahlawan pendidikan di penjuru negeri, salah satunya di NTB, yang telah mendistibusikan sebanyak 126 santunan SGI.

Sebelumnya, relawan ACT pernah membagikan bantuan sepatu sekolah untuk murid dan biaya sahabat guru Indonesia di madrasah tersebut. Sebab, sebagian besar guru yang mengajar masih berstatus honorer atau guru sukarela.

Bantuan tersebut, lanjut Alfian, diperoleh atas kerja sama ACT dengan platform kitabisa.com, dari hasil galang donasi yang dibuka melalui paltform tersebut.

Baca juga: ACT NTB salurkan bantuan beras untuk santri Indonesia
Baca juga: ACT-MRI salurkan air bersih untuk warga Lombok Barat


Bagi Sahabat dermawan yang ingin menyalurkan bantuannya untuk Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah, di Dusun Batu Payung, Desa Montong Ajan, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, dapat mengklik tautan https://kitabisa.com/campaign/berisekolahlayak berikan bantuan terbaik sahabat dermawan.

Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah, Ayubi mengakui kondisi gedung madrasah yang dipimpinnya sangat memprihatinkan. Sebab, sejak 2008 hanya mempunyai tiga ruang belajar dibagi untuk enam kelas.

Sementara jumlah siswa hanya 35 orang. Beberapa siswa yang rumahnya paling jauh harus berjalan kurang lebih satu kilometer untuk datang ke sekolah karena lokasi perkampungan yang berjauhan.

"Alhamdullillah semoga dengan bantuan biaya pembangunan ini, madrasah kami bisa mendapatkan ruang kelas yang layak untuk kegiatan belajar mengajar," tutur Ayubi.

Baca juga: Puluhan guru di Tasikmalaya dibantu ACT untuk biaya hidup
Baca juga: ACT akan perluas program Sahabat Guru Indonesia
Baca juga: Guru disabilitas di Sumenep mendapat bantuan ACT-MRI

Pewarta: Awaludin
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020