Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Galuh Octania mengapresiasi rencana Perum Bulog yang akan menyediakan beras kualitas premium dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), yang diharapkan ke depannya berdampak positif.

"Penyediaan beras premium juga diharapkan mampu berkontribusi pada peningkatan penyaluran beras lewat skema bantuan sosial ini, karena skema ini menggunakan mekanisme pasar, Bulog seringkali kesulitan bersaing dengan pemasok lain yang mampu menyediakan beras dengan kualitas yang lebih baik," kata Galuh Octania di Jakarta, Rabu.

Galuh menyatakan, Bulog menargetkan penyaluran beras melalui BPNT mencapai 500.000 ton pada tahun ini. Hal ini juga sudah tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan tahun 2020. Sepanjang tahun 2019, lanjutnya, Bulog juga telah berhasil menyalurkan beras sebanyak 168.000 ton melalui program BPNT.

"Optimisme Bulog untuk dapat mencapai target tahun ini juga dikarenakan perusahaan yang dipimpin oleh Budi Waseso itu sudah menyiapkan beras dengan kualitas yang diharapkan oleh para keluarga penerima manfaat (KPM), yaitu beras premium. Bulog tentunya harus mampu menjawab keraguan banyak pihak yang meragukan beras Bulog dapat laku di pasar BPNT apabila masih menggunakan beras yang kalah kualitas dibandingkan beras yang disalurkan oleh pemasok swasta," jelas Galuh.

Ia mengemukakan pula, karena BPNT menggunakan mekanisme pasar, kesiapan Bulog untuk menggunakan harga di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk menyerap beras premium untuk skema bantuan ini juga merupakan langkah positif.

Hal itu, ujar dia, dinilai merupakan langkah konkrit Bulog agar dapat bersaing dengan pemasok beras lainnya, belum lagi ditambah usaha Bulog untuk juga dapat memasarkan beras kualitas premium ini melalui platform bisnisnya.

"Penyaluran beras 500.000 ton di tahun ini bukan tidak mungkin untuk dicapai karena skema bantuan BPNT sudah menaikkan nilai bantuan dari yang sebelumnya Rp110.000 menjadi Rp150.000. Para KPM memiliki kendali penuh untuk memilih beras yang ingin mereka konsumsi dan Bulog berpotensi untuk meraih keuntungan dalam hal ini jika benar-benar mampu menyediakan beras kualitas baik (beras premium) di pasar BPNT," ucapnya.

Bulog, lanjut Galuh, harus dapat memanfaatkan penyaluran beras BPNT di wilayah-wilayah yang sebelumnya belum dapat dijangkau, serta optimalisasi harus terus dilakukan terlebih dalam mengantisipasi stok berlebih saat menghadapi musim panen yang diprediksi akan terjadi pada bulan Maret-April yang akan datang.

BPNT merupakan transformasi dari Raskin/Rastra, di mana saat itu pemerintah lewat Bulog menyalurkan beras bersubsidi dengan alokasi sebanyak 10 kilogram per Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat per bulan. Selain itu, BPNT sendiri mulai masuk dan bertahap menggantikan program Rastra dari tahun 2017.

Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, hingga Desember 2019, BPNT sudah disalurkan ke sebanyak 15.085.385 KPM di seluruh Indonesia dari total target sebanyak 15,6 juta KPM.



Baca juga: Bulog siapkan beras medium dan premium untuk dominasi pasar BPNT
Baca juga: Legislator sebut pengelolaan BPNT lebih pas oleh Bulog
Baca juga: Bulog: realisasi penyaluran beras BPNT baru 6 persen dari target

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020