Tingginya permintaan benih jagung berkualitas merupakan salah satu tanda bukti akan bangkitnya minat menanam jagung di Kalsel
Banjarbaru (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian mengawal percepatan tanam jagung di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai salah satu sentra produksi jagung di Indonesia.

"Kami bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut berupaya meningkatkan kapasitas petani dalam mengaplikasikan teknologi rekapitalisasi fosfat, pemupukan, dan budidaya jagung berpotensi hasil tinggi," kata  Kepala Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Dr Husnain, di Banjarbaru, Senin.

Ia menjelaskan, pihaknya membantu menyukseskan peningkatan produktivitas jagung di Desa Tajau Pecah, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut melalui penerapan teknologi budidaya jagung provitas tinggi melalui Aplikasi Fosfat Alam Reaktif dan pola tanam zig zag di lahan masam.

Oleh karena itu, dia menilai, bimbingan teknis (bimtek) pelatihan penggunaan fosfat alam dan cara tanam zig zag sangat penting. Diharapkan petani penerima bantuan bisa menerapkan teknologi tersebut dengan baik, sehingga provitas jagung dapat ditingkatkan.

Baca juga: Balitbangtan optimistis Indonesia bisa kembali ekspor cabai

"Tingginya permintaan benih jagung berkualitas merupakan salah satu tanda bukti akan bangkitnya minat menanam jagung di Kalsel," tuturnya.

Mengantisipasi kemungkinan terjadinya kelangkaan air hujan pada musim kemarau mendatang, petani Desa Tajau Pecah bersemangat secara serentak melakukan percepatan tanam jagung pada hamparan lahan jagung yang usai dipanen.

Gerakan percepatan tanam sebagai salah satu bentuk apresiasi dan semangat petani dalam merespon bimtek yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan menghadirkan peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Dr. Wahida Annisa Yusuf sebagai salah satu narasumber.
Para peneliti Balitbangtan membantu menyukseskan peningkatan produktivitas jagung di Desa Tajau Pecah. (ANTARA/Firman)


Ketua Kelompok Tani Rukun Karya Desa Tajau Pecah, Thomas mengatakan, walau pun sedang dilanda penyebaran virus corona, pihaknya masih bersemangat untuk tetap menjaga ketersediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Baca juga: Dongkrak produksi cabai nasional Kementan luncurkan program proliga

"Permasalahan utama yang dirasakan petani selain tanah kurang subur juga sangat rentannya tanaman jagung terhadap serangan penyakit tongkol busuk dan hawar daun serta ulat grayak yang berpotensi menyebabkan jagung gagal panen," timpal Kaim, Kepala BPP Kecamatan Batu Ampar.

Kepala Balittra Hendri Sosiawan menambahkan, metode tanam zig zag dan rekapitalisasi pupuk (P-Alam) di lahan masam selain meningkatkan produktivitas tanaman jagung juga ramah lingkungan karena dengan menggunakan P-Alam petani bisa melepaskan ketergantungannya dari input-input kimia.

"Penerapan metode tanam zig zag dan penggunaan P Alam di lahan rawa lebak di lokasi Taman Sains Pertanian Balittra mampu menghasilkan jagung mencapai 20,33 ton/ha berat tongkol kering panen atau setara dengan 14 ton/ha berat pipilan kering (kadar air 15%)," ujarnya.

Baca juga: Peringati Hari Tanah Dunia, Mentan rilis tiga produk Balitbangtan

Menurut Hendri, penggunaan fosfat alam sebagai amelioran sekaligus sebagai sumber pupuk fosfat masih jarang digunakan oleh petani. Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan kondisi fisik dan kimia.

Padahal, tambahnya,  sangat efektif pada tanah masam karena fosfat alam bersifat “slow release”, sehingga nilai residunya lebih tinggi dibanding pupuk fosfat lainnya seperti SP36 atau TSP.

Pewarta: Firman
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020