Saya juga peringatkan untuk mempersiapkan kuartal berikutnya karena setelah ini pelanggan tidak akan lagi sama
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang dihadapi oleh masyarakat dunia dinilai menjadi momentum bagi industri untuk mengembangkan produk yang lebih ramah lingkungan.

Founder and Chairman MarkPlus, Inc, Hermawan Kartajaya di Jakarta, Selasa menyampaikan bahwa banyak sektor industri terdampak COVID-19, namun perlu disadari bahwa kejadian ini mampu menjadi titik balik bagi kehidupan manusia, khususnya di sektor energi.

"Meskipun permintaan terhadap sektor energi turun, namun kejadian ini memiliki sisi positif dalam hal pengurangan emisi gas buang (CO2)," kata Hermawan dalam webinar Industry Roundtable Sektor Energi yang diselenggarakan oleh Jakarta Chief Marketing Officer (CMO) Club.

Di tengah situasi ini, ia mengingatkan agar industri yang terpukul harus bertahan hidup, sedangkan bagi yang sedang bertumbuh harus melakukan servicing.

"Industri yang sedang tumbuh sebaiknya servicing, sedangkan industri yang sedang terpuruk harus bertahan hidup dan tetap memberikan layanan di bidang empati dan reponsif. Saya juga peringatkan untuk mempersiapkan kuartal berikutnya karena setelah ini pelanggan tidak akan lagi sama," ujar Hermawan.

Sementara itu, mantan Menteri ESDM Igansius Jonan menyoroti industri migas dan industri lain yang terkait, mereka harus menyiapkan mitigasi keamanan dan lingkungan yang lebih sehat setelah pandemi berakhir.

"Dengan adanya pengurangan emisi yang besar di seluruh dunia misalnya kanal-kanal bersih di Venice, langit biru di Jakarta, pasti akan ada satu gerakan setelah ini untuk menciptakan keseimbangan yang lebih baik. Industri migas juga bisa mendukung lingkungan yang lebih bersih," katanya.

Jika nantinya penggunaan energi bersih sedikit lebih mahal, lanjut dia, maka perlu adanya strategi pemasaran agar bisa diterima oleh masyarakat sebagai konsumen.

Jonan menilai jika ekonomi semakin meningkat, kesejahteraan juga meningkat maka permintaan energi juga akan naik, sehingga harga yang awalnya dinilai mahal bisa menjadi lebih murah.

Oleh karena itu, menurut dia, perlu andil dari pembuat kebijakan serta asosiasi untuk mendorong agar terciptanya produk bagus yang ramah lingkungan dengan harga yang terjangkau.

"Apakah dengan pemberian insentif oleh pemerintah seperti yang dilakukan oleh China, atau cara lainnya. Ini bukan menjadi kendala tetapi barrier to entry yang semestinya dimanfaatkan untuk menjual higher quality product, more environmentally friendly product tapi with affordable price. Ini yang harus diupayakan," kata Jonan.

Baca juga: YLKI minta harga BBM ramah lingkungan lebih terjangkau
Baca juga: Jonan tekankan pengembangan energi berbasis ramah lingkungan

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020